Lihat ke Halaman Asli

Weinata Sairin

Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Kasih Setia Tuhan Selalu Baru

Diperbarui: 6 Juni 2021   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.pinterest.com/pin

"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetian-Mu." Ratapan 3: 22,23

Orang selalu rindu akan sesuatu yang baru, apapun sesuatu itu. Apakah itu pemimpin, iklim politik, ketentuan perundangan, sistem rekruitmen, gedung, sistem penggajian, sistem pendidikan dan sebagainya. 

Dalam perspektif teologis dan keyakinan iman, kita warga Gereja,  merindukan langit baru dan bumi baru yang dinyatakan dalam Alkitab, oleh karena di sana terdapat  kebenaran (2 Petrus 3: 13) Umat Kristen sangat mengharapkan kedatangan Yesus yang kedua kali, parousia, yang kemudian menghadirkan langit baru dan bumi baru  oleh karena mereka sudah jemu  dan hampir tak sanggup lagi  mengalami aniaya, persekusi, pembunuhan dengan cara biadab yang dilakukan oleh para penguasa di zamannya.  

Mereka dibunuh dengan sangat keji dan dipaksa untuk menyangkal Yesus di akhir hidup mereka, tetapi upaya itu tak berhasil.  Mereka semua tetap mempertahankan iman dan siap menjadi martir, mati sahid demi agama.

Kisah-kisah kekejaman yang dialami para martir diungkap dengan  jelas dan rinci dalam buku kecil berjudul "Martir-Martir Dari Katakombe" (Dioma Malang, 2009). 

Narasi-narasi dalam buku itu memberi kekuatan baru  bagi para pembacanya agar tetap kuat iman di tengah  berbagai tantangan. Ini kutipan dialog pejabat pengadilan yang memeriksa Markus Servilius Pollio:

"Saya tidak bersalah  atas kejahatan apa pun. Agama saya mengajarkan supaya takut kepada Allah dan menghormati kaisar. Saya harus mematuhi hukum yang adil dan saya bukan pengkhianat," kata Pollio.
"Undang-undang negara melarang kamu menjadi orang Kristen dengan ancaman hukuman mati. Jika kamu orang Kristen  maka kamu harus mati," kata pejabat.
"Saya orang Kristen, biarlah demikian," kata Pollio.
"Kamu harus mati," kata pejabat
"Saya sudah melihat banyak kematian selama beberapa bulan terakhir.  Saya selalu mengharapkan untuk menyerahkan nyawa saya demi agama saya jika giliran saya tiba," kata Pollio mantap.

Ada banyak orang seperti Pollio yang imannya kuat dan tetap  bertahan walau  harus  menderita dan mati  demi nama Kristus di zaman  para martir di abad pertama. 

Kekuatan iman mereka harus menjadi teladan bagi kita di zaman ini  walau derita kita di zaman ini belum sebanding dengan  apa yang mereka alami di abad-abad pertama. 

Realitas derita itu yang juga membuat umat Kristen abad pertama amat menantikan sesuatu yang baru: Langit baru dan bumi baru,  yang di dalamnya Yesus  memerintah dan berkuasa.

Pernyataan Yeremia  dalam ratapan Ratapan 3: 22, 23 yang dikutip diawal  tulisan ini mengungkapkan beberapa  kata kunci yang amat penting bagi  penguatan iman kita di tengah berbagai perubahan yang terjadi, yang menyatakan bahwa kasih setia Tuhan tak berkesudahan; tidak mengenal akhir, tak pernah selesai. Kasih setia Tuhan senantiasa ada, terus mengalir  dalam kehidupan kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline