"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetian-Mu." Ratapan 3: 22,23
Orang selalu rindu akan sesuatu yang baru, apapun sesuatu itu. Apakah itu pemimpin, iklim politik, ketentuan perundangan, sistem rekruitmen, gedung, sistem penggajian, sistem pendidikan dan sebagainya.
Dalam perspektif teologis dan keyakinan iman, kita warga Gereja, merindukan langit baru dan bumi baru yang dinyatakan dalam Alkitab, oleh karena di sana terdapat kebenaran (2 Petrus 3: 13) Umat Kristen sangat mengharapkan kedatangan Yesus yang kedua kali, parousia, yang kemudian menghadirkan langit baru dan bumi baru oleh karena mereka sudah jemu dan hampir tak sanggup lagi mengalami aniaya, persekusi, pembunuhan dengan cara biadab yang dilakukan oleh para penguasa di zamannya.
Mereka dibunuh dengan sangat keji dan dipaksa untuk menyangkal Yesus di akhir hidup mereka, tetapi upaya itu tak berhasil. Mereka semua tetap mempertahankan iman dan siap menjadi martir, mati sahid demi agama.
Kisah-kisah kekejaman yang dialami para martir diungkap dengan jelas dan rinci dalam buku kecil berjudul "Martir-Martir Dari Katakombe" (Dioma Malang, 2009).
Narasi-narasi dalam buku itu memberi kekuatan baru bagi para pembacanya agar tetap kuat iman di tengah berbagai tantangan. Ini kutipan dialog pejabat pengadilan yang memeriksa Markus Servilius Pollio:
"Saya tidak bersalah atas kejahatan apa pun. Agama saya mengajarkan supaya takut kepada Allah dan menghormati kaisar. Saya harus mematuhi hukum yang adil dan saya bukan pengkhianat," kata Pollio.
"Undang-undang negara melarang kamu menjadi orang Kristen dengan ancaman hukuman mati. Jika kamu orang Kristen maka kamu harus mati," kata pejabat.
"Saya orang Kristen, biarlah demikian," kata Pollio.
"Kamu harus mati," kata pejabat
"Saya sudah melihat banyak kematian selama beberapa bulan terakhir. Saya selalu mengharapkan untuk menyerahkan nyawa saya demi agama saya jika giliran saya tiba," kata Pollio mantap.
Ada banyak orang seperti Pollio yang imannya kuat dan tetap bertahan walau harus menderita dan mati demi nama Kristus di zaman para martir di abad pertama.
Kekuatan iman mereka harus menjadi teladan bagi kita di zaman ini walau derita kita di zaman ini belum sebanding dengan apa yang mereka alami di abad-abad pertama.
Realitas derita itu yang juga membuat umat Kristen abad pertama amat menantikan sesuatu yang baru: Langit baru dan bumi baru, yang di dalamnya Yesus memerintah dan berkuasa.
Pernyataan Yeremia dalam ratapan Ratapan 3: 22, 23 yang dikutip diawal tulisan ini mengungkapkan beberapa kata kunci yang amat penting bagi penguatan iman kita di tengah berbagai perubahan yang terjadi, yang menyatakan bahwa kasih setia Tuhan tak berkesudahan; tidak mengenal akhir, tak pernah selesai. Kasih setia Tuhan senantiasa ada, terus mengalir dalam kehidupan kita.