Lihat ke Halaman Asli

Weinata Sairin

Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Tragedi dalam Kehidupan Menguatkan Iman

Diperbarui: 11 April 2021   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.freepik.com/

TRAGEDI DALAM KEHIDUPAN MENGUATKAN IMAN

"There are two tragedies in life. One is not to get your heart's desire. The other is to get it". (George B. Shaw).

Hidup manusia penuh dinamika, diwarnai berbagai perubahan baik oleh karena faktor internal maupun faktor eksternal. Semua berubah, semua mengalir kata sang filsuf. Dan manusia menghidupi arus serta pusaran perubahan itu tanpa bisa bernegoisasi lagi.n Jika tak mau berubah, akan tergerus oleh perubahan itu dan selesai semuanya.

Manusia mengalami perubahan dan pertumbuhan internal karena peran signifikan dari ayah ibu kita dan atau keluarga besar disekitar kita. Pendidikan etik dan karakter dilakukan oleh orangtua kita secara simultan melalui ungkapan lisan dan keteladanan. Tak ada ambivalensi antara yang verbal-tekstual dengan yang praksis-operasional. Kedua aspek itu solid menyatu raga, dan disitulah keunggulan pola pendidikan yang dilaksanakan orang tua kita.

Perubahan eksternal dialami manusia melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan, juga melalui proses interaksi dengan masyarakat. Dalam konteks kehidupan umat manusia, pendidikan dan agama adalah dua elemen dasar yang amat penting bagi manusia.
Dengan dua elemen fundamental itu manusia mendapat pembekalan yang memadai untuk menjalani kehidupan dengan berbagai persoalan didalamnya.

Kita amat maklum bahwa kehidupan manusia tidak selalu indah, juga tidak selalu penuh pergumulan. Kedua suasana itu indah atau buruk mesti dihadapi dengan tawakal, berserah kepada Tuhan memohon petunjuk dan hikmatNya.

Bisa juga ada tragedi dalam kehidupan kita tatkala orang yang kita cintai meninggalkan kita. Menarik apa yang dinyatakn GB Shaw tentang tragedi ysng dialami manusia. Hanya kita yang tahu apakah sesuatu yang kita terima itu justru menimbulkn tragedi bagi kita. Ya amat relatif.

Mari berjuang terus menghindarkan atau memperkecil tragedi dalam hidup kita pribadi dan bangsa kita.
Tragedi bisa saja terjadi ketika terjadi (pengulangan) bom bunuh diri di rumah ibadah dan tatkala umat sedang beribadah; bisa terjadi di ruang IGD, ICU,HCU; bisa terjadi di Alor,Rote,Adonara, Sumba,; bisa terjadi di Malang; bisa terjadi tatkala oknum pemerintah mengeluarkan surat larangan beribadah untuk penganut agama yang di stigma kaum minoritas; bisa terjadi ketika sebuah aliran keagamaan diusir dari tanah mereka oleh aparat karena teologinya dianggap berbeda dengan "teologi negara", ya tragedi bisa terjadi pada banyak aspek dan di banyak level.

Namun kita juga harus mencatat bahwa di pusaran tragedi-tragedi itu bisa lahir wujud kemanusiaan yang otentik, yang memberi angel yang prospektif; misalnya tatkala petinggi negeri menangis menyaksikan reruntuhan dan puing-puing di lokasi bencana; tatkala seorang Fransiscus menerima jaket empati dari petinggi negeri atau ketika petinggi bisa bernyanyi bersama dengan komunitas berbeda agama tanpa sedikitpun ada rasa keberbedaan.

Hidup manusia fana bisa diintervensi bahkan terpenjara oleh tragedi. Namun manusia Indonesia yang beragama secara kafah dan ber Pancasila akan tetap survive dan bahkan akan mampu mencipta keadaban baru. Tragedi dalam kehidupan akan memantapkan iman!

Selamat berjuang, God Bless !

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline