Lihat ke Halaman Asli

Weinata Sairin

Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Monumen Kebersamaan PGI dan KWI

Diperbarui: 21 Maret 2021   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.satuharapan.com/read-detail/read/sekum-pgi-multikulturalisme-cegah-radikalisme

MONUMEN KEBERSAMAAN PGI DAN KWI

1. Catatan Awal.

Dengan bersyukur kepada Tuhan, kita mencatat dengan sukacita bahwa relasi yang hangat antara PGI dan KWI telah telah terwujud dalam rentang waktu yang cukup lama.

Untuk menyebut beberapa contoh misalnya,.sikap bersama dalam menolak rumusan akhir Musyawarah Agama 1967, sikap bersama dalam merespons SKB 1969,yg kemudian diubah menjadi PBM 2006, kebersamaan dalam menerjemahkan Alkitab yang secara spesifik di garap oleh LAI dan LB dan bentuk-bentuk lainnya. Realitas itu cukup menggembirakan dan perlu sebuah kajian lebih mendalam bidang-bidang apa yang dimasadepan perlu lebih diberi perhatian untuk di kerjasamakan.

2. Pesan Bersama.

Hal monumental yang amat nyata dan dirasakan umat dalam membangun kebersamaan itu terwujud dalam hal pembuatan Pesan Natal Bersama dan Pesan Paskah Bersama PGI-KWI.
Sejauh dokumen yang ada, Pesan Natal Bersama PGI KWI dimulai tahun 1973 dengan penerbitan "Pesan Natal Bersama Dewan Gereja-gereja di Indonesia dan Majelis Agung Waligereja Indonesia Tahun 1973"Format Pesan saat itu belum memberi perhatian pada Tema, seperti yang dilakukan sekarang, tetapi mengacu kepada Injil Lukas 2:14. Pada saat itu Pesan di tandatangani oleh Dr JLCh Abineno dan Dr SAE Nababan-Ketua Umum dan Sekum DGI, serta Yustinus Kardinal Darmojuwono dan Uskup Agung Leo Sukoto, Ketua dan Sekretaris MAWI.
Pada saat penulis menjadi Wasekum PGI, 1989-1994; 1994-2000;2004-2009, proses penyusunan Pesan Natal dilakukan secara standar sebagai berikut.

  1. Sekitar bulan Mei,penulis mencoba membuat draft Tema Pesan berikut referensi Alkitabnya. Upaya itu dilakukn dengan melihat kembali Pesan Natal tahun yang lalu, dan pergumulan seputar Gereja dan  Masyarakat pada tahun berjalan.
  2. Sesudah ada draf itu penulis mengkomunikasikan kepada Ketum,Sekum,Bendum dan mendidkusiknnya. Sesudah ok maka draf itu disampaikan kepada seluruh anggota MPH dan meminta respons mereka dalam seminggu. 
  3. Kemudian sesudah pandangn PGI bulat, draf itu disampaikan kepada KWI. Oleh karena Gereja/lembaga kristiani ingin lebih cepat mengetshui tentang Tema dan Referensi Alkitab, maka biasanya awal September, Tema dan Refsrensi Alkitab sudah disetujui PGI-KWI. Teks lengkap Pesan Natal baru final medio November sesudah KWI membahasnya dalm Sidang KWI yang dihadiri para Uskup minggu pertama November. Dalam pembahasan di Sidang Pleno KWI pertanyaan para Uskup cukup kritis berkaitan dengan diksi atau frasa yang menurut mereka bisa menimbulkn masalah. Penulis ikut beberapa kali dalm sidang itu dan mendapat pembelajran yang amat baik.

3. Pesan Paskah Bersama

Pada waktu penulis menjadi Sekum Sinode GKP di Bandung 1978-1990 terbersit pemikiran agr selain Pesan Natal Bersama, perlu juga dibuat Pesan Paskah Bersama PGI-KWI.Gagasan itu kemudian dibagikan kepada MPH PGI,up Dr F Ukur Sekum DGI yg sering bertemu Penulis.

Pada saat penulis mnjadi Wasekum PGI gagasan itu dikembangkn lagi yg kemudian mewujud dengan pembuatan Pesan Paskah Bersama PGI-KWI  Tahun 1996 sd 1998.

Artinya sempat dibuat Pesan Paskah Bersama PGI-KWI sebanyak 3kali yang saat itu di tandatangani oleh Dr Sulaso Sopater&Dr JM Pattiasina-Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGI,serta Yulius Kardinal Darmaatmadja,SJ danMgr MD Situmorang -Ketua dan Sekr Jendral KWI.

Sesudah 3 Pesan Paskah Bersama itu, maka PGI dan KWI tidak lagi membuat pesan bersama. Pada saat PGI dan KWI berbicara tentang hal itu tahun 1998.,sahabat dari KWI menyampaikan kendala teknis yang mereka hadapi tatkala membuat Pesan Paskah Bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline