pemulung terhuyunghuyung
di senja temaram
pemulung itu terhuyunghuyung
tak kuat lagi ia berjalan
sementara gerimis menitikkan air amis
menikam bumi
ada bau debu menyengatkuat
sudah dua hari
sang pemulung
takbisa melahap
sesuap nasi
sampahsampah yang ia kumpulkan dengan nafas megapmegap
takmampu menelurkan rupiah sepeserpun
juragan lapak
sudah mudik
sebelum peraturan
antigen diteken pejabat
sang pemulung
mampir di sebuah ruko tua
ia dengar ada
lantunan suara
merdu, menawan hati
ia hampiri ruko itu
seorang dengan topi sinterklas merah
membagibagikan bungkusan kepada mereka yang hadir di ruko
pemulung kedinginan di depan ruko
nafasnya tersendat
vertigo menguat
tibatiba seorang ibutua memberinya segelas air di plastik putih
rambutnya memutih
hatinya putih
bungkusan merah
diberikan juga kepada pemulung
lalu ia berangkat pulang
digubukreyotnya
dibuka bungkusan itu ada nasi kotak dan kuekue
ia sempat membaca tulisan
di kotak itu : "selamat hari natal"
ada haru menggeliat di nurani pemulung
perutnya kenyang
ia tidak lagi terhuyunghuyung!
lalu malam pun
datang menyergap.
Weisa,261220/5.00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H