Usaha sepi untuk membujuk gerimis reda tak bisa mengurungkan niatku
Rindu pada barista kali ini tak kalah seperti rinduku kepada sang ibu
Kepada biji kopi yang kerap diraciknya di bilik dapur
Seperti malam kemarin,
Tampak wibawa ibu ketika gula telah terjun dalam lautan hitam kental
Mengajari agar tak tergoda dengan aroma kopi yang suka menggoda
Seperti malam kemarin,
Ketika aku beranjak sendiri di warung kopi dilengkapi free wifi
Seduhan kopi terasa berbeda ketika tak disamping ibu
Tak ada ikatan
Tak ada keakraban
Hambar, tak ada omelan
Kolaborasi ibu denganku bak kopi yang dicampuri susu
Meski genit, namun memiliki kasih seperti adibangkit
Yang kerap memberi nasehat penikmatnya
Bahwa malam ini malam yang panjang dengan kawan
Tengah malamku di sisi kopi susu menjadikan aku sempurna
Tak ada drama, tak ada basa-basi, tapi selalu ingin berekspresi
Seperti malam kemarin,
Aku segera menghubungi nomormu, namun tak ada jawab dari suaramu
Aku berkunjung ke rumahmu, kutemui kamu
Namun kau terlelap dalam mimpi panjangmu
Malam itu, apa kau tak ingin tau?
Mengapa aku kagum dengan kopi susu buatan ibu?
"Karena aku menanti kabar darimu"
Ibu
Wegig Yhusa Tanaya
surabaya, 13 Oktober 2017
-untuk yang jauh, Ibu menanti kabar darimu.