Lihat ke Halaman Asli

Waktu Kecil Dulu

Diperbarui: 12 Oktober 2017   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Beta tabu ketika gundu jadi gurau

Tertawa di ranah dan pesisir sabana

Gundu telah beradu

Kini buyung di desa-desa tak sececahpun mengusik tradisi

Gunung menyibakkan awan di tengah persawahan
Bani dan awak desa bertani panen sagu
Atau angin yang berbisik Maghrib itu menggiring ayah ibu berbondong ke masjid perbatasan

Waktu kecil dulu
Beta kerap tersapu binar veteran bangsa
Dengan pendidikan yang menjulang
Desir haluku muncul gelora
Atau lingkungan yang kerap berfatamorgana
Dahulu, Beta menghajatkan pemimpin kritis
Agar gema takbir bisa bertemu para awak

Waktu kecil dulu
Bilik kusam tempatku duduk di bangku sekolah melukiskan sejarah optimalisasi belajarku
Menteri dan pakar ilmu merajut kembali daun yang gugur
Beta ingin terbang bagai elang
Penuh nafsu ketika berburu ilmu
Dengan naluri bengis meraup seluruh isi buku

Fajar lalu, ketika sang saka dikibarkan masih sempat berorasi
"Aku menginginkan kesejahteraan yang dikobarkan para sanak!" Sergahnya
Beta merintih sedih
Indera dibungkam oleh tirta

Tidurku dihantui penjuru buana yang kini mereguk
Andai beta tak terabai secepat dulu
Mungkin penjunjung negeri sudah menggurui
Dan tidak lagi berkhayal dalam dunia fantasi
Nyatanya dalil terus membujuk agar awak negeri seperti pengecut
Berparak intensi awal yang dirujuk istimewa
Beta berperang intuisi menyulih diorama rakyat jelata

Surabaya, 12 Oktober 2017

-Wegig Yhusa Tanaya-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline