Lihat ke Halaman Asli

Jurus Jitu Kurangi Sampah ala WEGI (1)

Diperbarui: 27 April 2016   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster CFD 24 April 2016

Sejak dicanangkannya gerakan kurangi sampah plastik dengan cara bekerjasama dengan retail modern dengan membayar Rp 200 setiap kantong. Lalu apakah gerakan ini akan berhasil sepenuhnya, ataukah hanya keberhasilan sementara karena memang standar dari retail modern beli barang yang kecil seperti 1 sachet sampo, 1 strip obat flu dan lainnya selalu diberikan plastik.

Berdasarkan pemberitaan dari http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=0&date=2016-04-24 memang ada kabar yang menggembirakan karena mengutip pemberitaan tersebut “Dia menambahkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan GIDKP di 23 daerah di Indonesia, sejak uji coba kebijakan plastik berbayar, hasilnya berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik mulai 40% sampai 80%. “Banjarmasin malah bisa berkurang sampai 80%,” jelas Rahyang. CEOGreenerationFoundation Christian Natalie menjelaskan, isu sampah plastik menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas karena suatu hal yang sangat dekat dengan masyarakat, tetapi umurnya sangat singkat”.

Pertanyaannya adalah penghematan tersebut ibaratnya adalah titik equilibrium (keseimbangan) baru yang bisa jadi karena hal-hal kecil seperti dari pada membeli plastik Rp 200 untuk membeli 1 sachet sampo, 1 strip obat, 1 botol minuman maka barang tersebut bisa langsung digunakan (minum) atau di kantongi.

Gerakan mengurangi sampah dengan cara tersebut diatas adalah hal yang baik, namun pada hakekatnya baru menyentuh 1 faktor saja, yaitu mengurangi kebiasaan masyarakat untuk menggunakan plastik. Padahal ada kebiasaan masyarakat lainnya yang bisa jadi dapat menyumbang penghematan plastik dalam jumlah besar. Sebagai contoh konsumen ketika membeli minuman dalam bentuk botol, maka hanya isi botol saja yang dianggap berguna/digunaan dan botolnya tidak sehingga dibuang ke tempat sampah atau kadang dibuang disembarang tempat. Jika diukur dari bobot, tentu botol air minuman ukuran 600 ml akan setara dengan 10 kantong plastik ukuran sedang-besar atau lebih dari 25 kantong plastik ukuran kecil.


 Belum lagi jika konsumen membeli 10 makanan ringan (camilan) sebut saja snack atau kacang, maka sampah plastik yang dibuang konsumen akan mencapai 10 kali lipat dibandingkan kantong plastik. Bagaimana dengan sampah lain, tentu masih banyak, semisal sampah zak kantong semen, sampah kaleng (minuman, biskuit dan lainnya) dan lain-lain. Bagaimanakah mengurangi sampah-sampah tersebut?.


 Gerakan Reduce-Reuse-Recycle (3R) sangat populer di industri karena telah menjadi standar untuk menjadi pendorong efisiensi dan pelaksanaan industri ramah lingkungan. Maka gerakan 3R dapat pula didorong pelaksaannya di tingkat masyarakat. Coba bayangkan dalam 1 keluarga maka setiap bulannya akan membeli kebutuhan hidup yang akan menyisakan sampah/limbah, contohnya sebagai berikut :

  • Kantong plastik : beras (ukuran sd 5 kg), gula, mie instan, terigu, minyak goreng dan lainnya
  • Karung : beras ukuran 40 kg atau lebih, dan lainnya
  • Botol (plastik atau kaca) : minuman berenergi, pembersih, minyak goreng dan lainnya
  • Kertas : pembungkus sabun, minuman kemasan kotak (susu, teh dll) dan lainnya
  • Kaleng : biskuit, minuman kaleng dan lainnya

Dilain pihak, sebuah keluarga akan membeli berbagai barang lainnya untuk kebutuhan non primer seperti bingkai lukisan, lukisan, tempat pensil, tas, sepatu, baju dan lainnya. Barang-barang primer maupun non primer tersebut pada akhirnya menjadi sampah.

Gerakan 3R di rumah tangga adalah upaya menjadikan barang bekas menjadi barang bermanfaat melalui berbagai kreativitas. Kegiatan ini juga bisa menjadi fungsi pembelajaran bagi anak sehingga meningkatkan daya motorik dan kecerdasan dari anak, yang pada akhirnya memiliki kreativitas yang lebih. Bukankah keberhasilan seseorang ditunjang 20% skill dan 80% kreativitas?.

Bersahabat dengan sampah Ala Komunitas WEGI

Sebagai Komunitas yang memiliki perhatian dalam rangka mendorong industri untuk ramah lingkungan dan menumbuhkembangkan gerakan di masyarakat untuk melakukan gaya hidup yang ramah lingkungan, maka dengan memanfaatkan kegiatan Car Free Day di Jakarta, Komunitas WEGI mengadakan workshop mengolah sampah menjadi barang bermanfaat. Pada CFD 20 Maret 2016 Komunitas WEGI mengadakan gerakan pungut sampah dan workshop membuat lukisan dari kaleng bekas dan mengajak partisipasi masyarakat untuk mengolah sampah yang ditemukan sepanjang MH Thamrin dan Sudirman untuk diolah menjadi barang bermanfaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline