(Selamat di Lebak Siu, sentra martabak khas Tegal/ dokumen pribadi)
Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan selama delapan jam akhirnya penulis bisa kembali lagi ke Cibitung, Bekasi usai libur lebaran dikampung halaman di Lebak Siu, Tegal (ketika arus mudik malah lebih parah yakni 14 jam waktu tempuh dari Cibitung ke Tegal). Arus balik hari ini cukup lancar praktis kemacetan hanya ada di jalur Tegal-Tol Pemalang/Pejagan dan Cikampek-Klari.
Layaknya catatan mudik edisi sebelumnya tentu ada cerita yang mengiringi selain cerita tentang macet, acara silaturahmi yakni kuliner, tempat hiburan hingga suka dan duka mudik 2015 kali ini. Ada beberapa hal yang menjadi cerita dari penulis selain beberapa kegagalan rencana lainnya yakni rencana bertemu dengan Kompasioner Tegal maupun grup facebook yang berasal dari Tegal.
Mudik tahun ini utamanya lebaran Idul Fitri 1436 H cukup berwarna bagi penulis walau mungkin tidak semeriah rekan Kompasioner lainnya yang mudik tahun ini. Namun semuanya layak untuk dishare dengan rekan Kompasioner lainnya.
Lebaran kurang lengkap karena Isteri tercinta sakit
Sayang memang acara silaturahmi ke sanak famili terasa kurang lengkap karena isteri mengeluh sakit dikedua kakinya sehingga tidak bisa dibawa untuk jalan ke rumah sanak famili dan tetangga dikampung halaman. Suasana libur Idul Fitri 1436 H membuat banyak klinik dan bidan yang tutup hingga Minggu (19/7), mau dibawa ke Rumah Sakit di Slawi dan Tegal, isteri malah menolak.
Untungnya pada (18/7) ada dokter yang membuka praktek dirumahnya sehingga bisa langsung membawa isteri ke tempat prakteknya untuk mendapatkan tindakan langsung. Dan alhamdulillah, walau belum bisa berjalan dengan normal tetapi rasa sakitnya sudah berangsur pulih dan walau berat tetapi bisa meninggalkan isteri dikampung halaman.
Digesernya jadwal NYADRAN
Banyak warga dikampung halaman yang komplain karena digesernya waktu nyadran atau takziyah ke kuburan untuk mendoakan orang-orang tua kita yang telah meninggal dunia. Biasanya pada hari H saat Idul Fitri, Nyadran dilaksanakan namun tahun ini digeser pada H-1 sebelum Idul Fitri ba’da ashar.
“Pertimbangannya adalah agar silaturahmi bisa maksimal dengan sanak family, para kyai dan orang-orang yang dituakan dikampung halaman,” ungkap ustadz Idhom salah satu ustadz muda ditempat penulis tinggal.
Walau masih banyak yang tidak tahu tetapi terlihat acara halal bil halal menjadi semakin mantap dan terjadi antrian kalan hendak bersilaturahmi dengan Kyai Mahfudz , salah satu kyai sepuh didesa penulis.
“Ngantrinya kayak ngantri sembako,” ungkap tetanggaku, kebetulan penulis baru ke tempat room kyai pada malam harinya.
Lebak Siu, sentra-nya kuliner di Tegal
Kalau dari arah Slawi-Tegal menuju Purwokerto via Lebak Siu maka akan nampak plang besar bertuliskan selamat datang di Lebak Siu, sentra martabak di Tegal. Sebenarnya bukan saja martabak Lebak siu yang memiliki dua varian yakni manis dan telor tetapi ada kuliner lain yang layak dicoba di Lebak Siu.