Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF U-15 2017 di Thailand lalu memang menyesakkan. Timnas U-16 bukan saja gagal lolos ke babak semifinal tetapi juga terjerembap di posisi kelima dari enam negara yang tampil di grup A. Selama fase grup turnamen tahunan terbesar di kawasan ASEAN tersebut, Timnas U-16 hanya mampu menang 2-0 atas Singapura serta bermain imbang 2-2 kontra Myanmar dan menelan tiga kekalahan dari Thailand (0-1), Australia (3-7) dan Laos (2-3).
Sebuah hasil yang membuat Fakhri Husaini, pelatih Timnas U-16 dalam tekanan karena gagal di Piala AFF U-15 2017. Tetapi show must go on, kegagalan adalah pintu untuk menuju kesuksesan lainnya. Apalagi Timnas U-16 harus melakoni babak kualifikasi Piala Asia U-16 2017 di Thailand demi meraih tiket tampil di Piala Asia U-16 2018 yang menjadi ajang menuju Piala Dunia U-17 2019. Sehingga mau tidak mau, eks gelandang Timnas era 90-an tersebut melakukan banyak perubahan dalam timnya termasuk mendatangkan psikolog bagi anak asuhnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, peranan psikolog dalam dunia sepak bola begitu penting dalam membantu meningkatkan seorang pemain bola. Dimulai dengan penunjukan Bill Besick sebagai psikolog di klub Derby County (Inggris) yang menjadi awal bagaimana ilmu psikologi diterapkan dalam sepak bola. Ajax Amsterdam (Belanda) bahkan menggunakan psikolog dalam proses perekrutan dan seleksi pemain usia 18 tahun. Adanya psikolog dalam proses ini, hampir delapan puluh persen bertujuan untuk meneliti tentang intelegensia dan kepribadian pemain.
Bagi Bessick seorang pelatih sepak bola harus melihat aspek diluar fisik dan teknik untuk menilai kemampuan mental, emosional dan gaya hidup seorang pemain. Dengan mengetahui kepribadian pemain akan bermanfaat dalam melihat perbedaan antar pemain sehingga mampu mendapatkan cara dalam menangangi pemain sesuai dengan karakteristik masing-masing pemain. Pemain sepak bola yang sukses memiliki kesehatan mental serta emosi yang stabil dan itulah yang coba diterapkan di Timnas U-16.
Di Timnas U-16 yang berlaga di kualifikasi Piala Asia U-16 2018 Malaysia, terselip sosok wanita yang dijuluki "Ibu Peri" yang bertugas membantu Fakhri Husaini dari sisi mental yakni Laksmiari Saraswati yang biasa disapa Asti. Bagi Fakhri, kehadiran Asti berperan dalam membimbing pemain Timnas U-16 dalam menemukan jati dirinya karena para pemain Timnas U-16 sendiri masih dalam masa puber sehingga gampang terbawa arus situasi maupun kondisi yang mudah tertekan di lapangan.
"Sebenarnya semua orang punya mental juara. Kami istilahkan bukan mental juara, tetapi mental resilience. Istilahnya itu makin diinjek makin terpental. Pemain tidak akan terpental jika tidak pernah jatuh. Jadi harus kalah, harus hancur agar pemain kebal dengan kegagalan dan tidak cepat menyerah," ungkap Asti terkait kondisi pemain Timnas U-16 sembari menekannya pentingnya tujuh aspek ketahanan mental.
Tujuh aspek ketahanan mental yang disebutkan ibu tiga anak yang pernah menjadi psikolog di akademi sepakbola ASIOP Apacinti tersebut adalah mengontrol dorongan, mengatur emosi, analisis sebab akibat, empati, self efficacy, menggapai mimpi lebih tinggi dan sikap optimistis. Itulah tujuh aspek ketahanan mental yang selalu ditekankan Asti kepada para pemain Timnas U-16 sejak dirinya bergabung kurang dari dua pekan silam.
"Sebagaimana pelatih membuat periodisasi latihan agar pemain mencapai puncak performa, psikolog mengikuti. Kebetulan saya masuk tim baru sepekan, terus terang saya tidak bisa menyulap tim ini. Jadi yang saya lakukan itu bukan membentuk tim tetapi individunya dulu," terang Asti tentang pendekatan yang dilakukan terhadap anak asuh Fakhri Husaini tersebut.
Dan kehadiran Asti ternyata mampu memberikan efek dari sisi mentalitas dan semangat juang dari Rendy Juliansyah dkk di lapangan yang terlihat saat Timnas U-16 mampu bangkit dari kekalahan 0-1 di babak pertama saat jumpa Timor Leste. Di babak kedua, Timnas U-16 sukses mencetak tiga gol lewat aksi Sultan Zico yang membawa Indonesia menang 3-1. Begitupun saat di laga jumpa Thailand, kembali "Garuda Asia" memperlihatkan kualitasnya walau Thailand menyerang terus dan Timnas U-16 Indonesia mampu memberikan perlawanan, bahkan menang 1-0 yang sekaligus menjadi catatan tersendiri karena 32 tahun Indonesia tidak pernah menang dari Thailand.
Dan di laga terakhir grup G, kemarin sore (22/9), Timnas U-16 sukses mengalahkan Laos. Sultan Zico kembali mencetak gol yang sekaligus gol kesembilannya selama kualifikasi berlangsung untuk membawa Indonesia unggul 1-0 di babak pertama. Di babak kedua, Indonesia sukses menambah dua gol salah satunya gol pinalti Rendy Juliansyah di menit ke-93.
Kualitas anak-anak Timnas U-16, sentuhan pelatih serta kahadiran "Ibu Peri" Laksmiari Saraswati ternyata menjadi kolaborasi apik yang mampu menghadirkan hasil baik dikualifikasi Piala Asia U-16 2018. Kesuksesan menyapu bersih empat laga berujung tiket lolos otomatis ke Malaysia sekaligus membayar kegagalan nan pahit di Piala AFF U-15 2017 yang juga berlangsung di Thailand dan kini ada waktu setahun ke depan bagi Fakhri Husaini dan tim pelatih dalam mempersiapkan tim untuk kian kompetitif dikancah Asia.