(Tips mengatur keuangan keluarga / sumber : shutterstock.com)
Hidup berkecukupan ? siapa yang tidak mau coba, punya rumah besar dengan segala isinya plus kendaraan yang siap dibawa kemana saja plus pendapatan besar dari usaha ataupun bisnis yang digeluti. Semua pasti menginginkannya namun tidak semua bisa beruntung karena ada yang tertatih-tatih, ada yang normal – normal saja hingga ada yang sukses luar biasa.
Menikahlah maka rejeki akan datang dari segala penjuru yang tidak terduga, itulah ungkapan yang sering penulis sebelum penulis menikah. Dan itu yang selalu penulis pegang hingga sekarang dengan tetap dibarengi usaha, doa, ikhtiar dan kembali lagi ke usaha, doa dan ikhtiar. Dan saat menikah 10 tahun lalu, penulis bilang ke isteri ‘kuingin bahagiakan dirimu’ tapi ‘ku ingin bersama dirimu meraih surgamu’ sehingga kuncinya adalah keberkahan hidup.
Sebuah Pengalaman ..
Keuangan keluarga dan menikah sebagaimana yang digambarkan diatas merupakan dua hal tak terpisahkan, setelah menikah maka saatnya mulai mengatur keuangan keluarga. Rencana dibuat dari yang skala kecil hingga skala besar yang disesuaikan dengan pendapatan waktu itu pada 2005. Dengan gaji Rp. 1,8 juta (all in) plus lembur Sabtu Rp. 50 ribu mencoba mulai belajar mengatur keuangan keluarga kecil bersama.
Kuncinya memang keridhaan dari suami dan isteri untuk menerima apa adanya, siapa sich yang tidak ingin membahagiakan pasangannya. Komunikasi diawal pernikahan menjadi pondasi dasar dalam mengatur keuangan dimana pos sudah jelas untuk orang tua, cicilan motor, kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah rumah tidak perlu bayar bulanan karena penulis memiliki rumah di Cibitung yang dibangun hasil penutupan pabrik SONY INDONESIA dan juga bantuan dari orang tua sehingga pos pengeluaran sedikit terbantu
Prinsip penulis HUTANG tidak boleh lebih dari 30 persen gaji pun benar-benar menjadi kunci yang harus dipegang teguh sehingga dengan gaji sebesar diatas maka Rp. 600 ribu adalah maksimal anggaran untuk menutupi hutang yang harus dibayarkan tiap bulannya. Pokoknya modal isteri penulis setiap bulan Rp. 500 ribu untuk kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah isteri mampu mengatur keuangan dengan baik (kunci pertama sebelum menikah pilihlah isteri yang mampu mengelola keuangan dengan baik).
Membeli sesuatu agar isteri tampil cantik seperti baju hingga kosmetik adalah keharusan sebagai bentuk kasih sayang seorang suamimaka uang bonus tahunan menjadi saat dimana penulis ingin membahagiakan isteri agar tetap tampil cantik, sedikit menikmati hidup dengan makan ditempat makan bermerk ataupun kuliner-kuliner tradisional yang menjadi kesukaan kita berdua termasuk bersama anak-anak kita.
Yang salut dari isteri saya adalah keteguhannya dalam mengatur keuangan utamanya dalam urusan belanja harian dimana sisa uang belanjanya ditabung dicelengan plastik yang dibelinya dan jika penuh biasanya akan digunakan untuk momen lebaran dikampung alias dibagi-bagikan kepada sanak sauadara dengan terlebih dahulu ditukarnya. Selain itu untuk urusan pengambilan uang di ATM untuk urusan yang tidak penting misalnya jajan pasti akan ditolaknya.
Ada sebuah kejadian lucu saat ulang tahun isteri ke-21, penulis menghadiahkan buku tabungan plus ATM disalah satu bank syariah nasional plus uang tabungan awal Rp. 1 juta. Hampir setahun ATM itu tidak diisi dan dia hampir ketakutan uangnya habis karena tidak pernah diisi tabungannya, namun penulis bilang Insya Allah tidak akan berkurang kecuali untuk biaya adm saja kan ada mudharabah alias bagi hasil dari tabungan kita.
Sejak itu (2006) dia mulai rajin menyisihkan uang untuk ditabungkan tetapi aktivitas celengan plastik tetap dilaksanakan karena rencana kita berdua memang sederhana saja sembari menanti kehadiran anak untuk melengkapi keluarga yang sedang dibangun :
1. Memasang keramik serta melengkapi kekurangan rumah di Cibitung
2. Membangun rumah dikampung halaman Tegal
3. Mempunyai Asuransi untuk anak kita kelak
4. Memiliki tabungan haji sambil berdoa bisa memberangkatkan kedua orang tua juga.