[caption caption="Nyanyian berujung sanksi FIFA (sumber : dailymail)"][/caption]
Sepakbola tanpa suporter seperti sayur tanpa garam alias hambar rasanya. Kehadiran mereka distadion menjadi energi tambahan atau pemain ke-12 bagi sebuah klub ataupun Timnas sehingga mampu tampil optimal.Dan ‘Sayur’ akan semakin terasa nikmat manakala kolaborasi suporter dan klubnya yang sedang bermain mampu memenangkan laga ataupun mengangkat trofi juara. Namun apa yang terjadi jika suporter bertindak diluar kewajaran?
Pastinya bukan saja kerugian yang akan dialami sebuah klub ataupun Timnas yang suporter bertindak tidak terpuji namun juga pihak federasi yang akan merasakan getahnya. Kok bisa ?karena FIFA selaku federasi sepakbola dunia memiliki aturan main yang jelas dan tegas terkait perilaku para suporter yang mendukung Timnas.Dan jika hasil investigasi yang dilakukan FIFA menghasilkan temuan yang memberatkan maka siap-siap saja Asosiasi Sepakbola sebuah negera terkena sanksi FIFA.
Jika merujuk kepada aturan jelas FIFA memang tidak main-main dalam urusan pemberian sanksi kepada sebuah asosiasi. Terkait tindakan tidak terpuji dari para suporter mulai dari tindakan kekerasan hingga nyanyian atau perkataan yang bernada RASISME maka FIFA siap dan dengan senang hati menjatuhkan sanksi kepada Asosiasi. Baru-baru ini FIFA memberikan sanksi kepada tujuh negara anggotanya terkait perilaku buruk suporter yakni Kroasia, Chile, Meksiko, Honduras, Paraguay, El Salvador dan Peru.
FIFA menjatuhkan sanksi denda kepada negara-negara tersebut dikarenakan perilaku tidak terpuji dari suporter mereka saat mendukung Timnas mereka termasuk dengan nyanyian yang menghina (homophobic chant) selama laga berlangsung. Selain sanksi denda, Kroasia yang memiliki suporter dengan latar belakang yang kurang bagus pun mendapat sanksi tambahan selain denda 150 ribu (SFr) juga harus melakoni laga tanpa kehadiran penonton saat menjami Turki dan Islandia yang merupakan buntut kejadian dalam laga ujicoba kontra Israel dan Hungaria.
Begitu pun juga juara Copa America 2015, Chile yang dilarang tampil dikandang mereka stadion Nasional Julio Pradanos saat menjamu Bolivia dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia zona Amerika Latin. Sedangkan perilaku diskriminatif suporter membuat FIFA menjatuhkan sanksi denda kepada Meksiko (35 ribu SFr), Honduras (40 ribu SFr), El Salvador (35 ribu SFr), Paraguay (20 ribu SFr) serta Peru (15 ribu SFr).
“Kami telah berjuang dalam memerangi diskriminasi selama bertahun-tahun dan salah satu bagian yang telah dilakukan adalah melalui sanksi. Proses penegakan disiplin tidak bisa mengubah perilaku suporter yang memang bertentangan dengan nilai-nilai inti permainan kami,” ungkap Claudio Sulses, Ketua Komite Disiplin FIFA.
Asosiasi Sepakbola Meksiko, yang terkena sanksi FIFA baru-baru ini juga melakukan sebuah kampanye untuk mengurangi diskrimasi melalu nyanyian yang dinyanyikan para suporter. Dengan merangkul eks striker MU, Javier ‘Chicharito’ Hernandez mereka membuat video ajakan untuk tidak bertindak diskriminatif dan chant yang terkenal di Meksiko adalah ‘PUTO’yang salah satu chant terkenalnya adalah ‘if you don’t jump you’re a faggot’ atau ‘jika kamu tidak meloncat kamu HOMO’. Dan sudah lebih dari 300 penggemar yang mendukung kampanye tersebut dengan menyuarakan ‘Lets Hug for Soccer’.
Bagaimana dengan Indonesia ? Momen dicabutnya sanksi oleh FIFA pertengahan Mei lalu tentu menjadi pintu awal Timnas Indonesia kembali tampil dilevel internasional. Laga ujicoba yang masuk kalender FIFA dan Piala AFF 2016 menjadi kesempatan pemain terbaik serta suporter Indonesia kembali merasakan atmosfir internasional. Hanya pertanyaannya akankah suporter Indonesia mampu memaksimalkan kesempatan tersebut dan tidak meniru apa yang dilakukan suporter negara-negara yang telah disanksi FIFA.
Jika soal sanksi terkait ulah suporter Indonesia, PSSI pastinya sudah memiliki pengalaman menerima sanksi denda dan hukuman pertandingan tanpa penonton. Kini tinggal bagaimana elemen suporter pendukung Timnas tidak membawa hal-hal yang kurang terpuji seperti melempar suar kelapangan hingga perkataan atau nyanyian yang memprovokasi tim atau suporter lawan.