Sanksi PSSI sudah dicabut oleh Menpora RI, Imam Nahrawi yang kemudian dilanjutkan dengan keputusan FIFA yang juga menarik sanksi yang telah dijatuhkan hampir setahun yang lalu. Lewat kongres tahunan FIFA di Mexico City (12-13 Mei) kemarin, FIFA secara resmi mencabut sanksi untuk Indonesia tersebut yang berarti Indonesia telah bebas dan bisa kembali ke percaturan sepakbola internasional kembali baik Timnas maupun klub-klub Indonesia.
Terlepas apa yang nanti terjadi paska pencabutan sanksi tersebut, apakah akan muncul konflik baru lagi karena ‘bom waktu’ bernama KLB PSSI yang berpotensi meledak kapanpun? Ataukah sepakbola Indonesia akan lebih baik lagi dalam segala hal termasuk pengelolaan kompetisi hingga Timnas semua level? Pastinya untuk saat ini sejenak kita bersyukur dengan apa yang telah Menpora dan FIFA putuskan sambil melihat agenda Timnas Indonesia hingga akhir tahun.
Dan Timnas Indonesia layak dikedepankan sebagai bagian persiapan menyambut Piala AFF 2016 akhir tahun ini. Dengan sisa waktu yang kurang dari setengah tahun dan Timnas sudah absen dievel internasional selama setahun tentunya persiapan Timnas harus maksimal diprogramkan dan yang pertama harus segera diputuskan oleh PSSI dan BTN (Badan Timnas Nasional – kalau masih ada) adalah soal pelatih kepala Timnas Indonesia.
Tentunya akan banyak nama yang diusulkan dari berbagai pihak termasuk juga dari pemerintah dalam hal ini Menpora ,Imam Nahrawi yang sempat memunculkan nama Jose Mourinho serta Guus Hiddink yang merupakan usulan Eric Thohir setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Pastinya pemilihan pelatih asing dimaksudkan untuk transfer ilmu ke pelatih lokal serta meningkatkan kualitas permainan Timnas Indonesia yang diberikan beban target prestasi tentunya.
Lalu bagaimana dengan pandangan PSSI sendiri terkait pos pelatih Timnas Indonesia ? dari konfirmasi terakhir yang diperoleh dari Sekjen PSSI, Azwan Karim maka sosok pelatih lokal lebih diutamakan PSSI untuk melatih Timnas Indonesia paska pencabutan sanksi FIFA. Tentu untuk jangka pendek hal tersebut dalam pandangan penulis sah-sah saja sembari tetap mulai mencari calon pelatih berkarakter kuat baik lokal maupun asing untuk menjadi pelatih Timnas Indonesia dieven penting di 2017 dan seterusnya termasuk Sea Games 2017 dan Asian Gamaes 2018.
"Untuk pelatih timnas kemungkinan PSSI tetap mencari pelatih lokal sebagai pengganti Benny Dollo," ungkap Azwan Karim sembari menambahkan wewenang ada di Exco dalam memilih calon pelatih Timnas Indonesia.
Namun siapapun pelatih yang ditunjuk oleh PSSI pastinya harus bekerja karena target yang dipasang PSSI sangat tinggi yakni juara Piala AFF 2016 yang diselenggarakan di Myanmar dan Filipina. Dengan situasi dan kondisi yang terjadi belakangan ini tentu menjadi sebuah kerja maha berat dari pelatih dan para pemain untuk mewujudkan target tersebut. Terlebih Timnas Indonesia hanya mampu maksimal menjadi runner up sebanyak empat kali diajang tersebut alias tidak pernah juara diajang dua tahuna tersebut.
"Targetnya Piala AFF nanti Indonesia juara," kata Aristo Pangaribuan yang juga Direktur Hukum PSSI tersebut.
"Timnas sudah satu tahun lebih tidak bertanding. Sementara timnas negara lain di Asia Tenggara sudah makin maju. Bahkan Thailand lolos ke putaran final kualifikasi Piala Dunia 2018," kata Azwan Karim sebagaimana yang dilansir harian top skor.
Memang ada perbedaan pandangan terjadi diinternal PSSI terkait target juara Piala AFF 2016 karena target juara justru dimunculkan oleh Direktur Hukum PSSI sedang dari sekjen PSSI cenderung realistis mengingat apa yang terjadi setahun terakhir serta perkembangan yang diperlihatkan lawan-lawan Timnas termasuk Thailand yang memang mendominasi sepakbola ASEAN dalam beberapa tahun terakhir.
Dan menarik mendengar pandangan eks kapten Timnas yang 11-12 dengan penulis bahwa siapapun pelatihnya selama tidak ada pembenahan dalam system kompetisi dan rekruitmen pemain Timnas tetap akan berat.
“Siapapun pelatihnya kalau tidak ada pembenahan serius di sepak bola nasional, hasilnya akan sia-sia," ungkap mantan kapten Timnas Indonesia.