Jadi inget di era 2011 hingga 2012 akhir, bagaimana susahnya seorang coach Nil Maizar mengumpulkan para pemain terbaik yang akan dibawanya ke Malaysia guna melakoni Piala AFF 2012. Konflik internal di federasi (PSSI) dengan KPSI berujung pada tidak bergabungnya pemain terbaik dalam skuad Timnas yang akhirnya gagal lolos ke semifinal tersebut.
Kita lupakan sejenak cerita diatas tentang tarik ulur dan pertentangan antar klub dengan federasi yang terjadi di sepakbola nasional kala itu. Saatnya kita coba menengok hal sama yang terjadi di Filipina calon lawan kedua Timnas Senior di Piala AFF 2014, walau memang secara intensitas tidak sepanas apa yang terjadi di Indonesia.
Ini berawal dari ditariknya lima pemain Ceres La Salle yang dilatih Ali Go dari pemusatan Timnas Filipina di Qatar yakni Jason de Jong, Jeffrey Christiaens, Juani Guirado, Patrick Reichelt dan Manuel Ott guna menghadapi laga semifinal Piala FA Filipina kontra Panchanga Diliman FC.
"Bagi saya, itu bukan masalah pribadi. Bukan apa-apa melawan tim nasional. Bagi kami adalah pemain, untuk kepentingan tim dan tidak ada yang lain. Kami harus berjuang lolos ke semifinal dan diberikan kesempatan lagi itu akan menjadi seperti ini, keputusan kami selalu akan sama.” Ungkap Ali Go, manajer Ceres usai menang dilaga semifinal.
"Saya pikir para pemain perlu istirahat," katanya tentang timnas Filipina yang sedang mempersiakan untuk Piala AFF akhir bulan ini.
Pertimbangan Ali Go adalah jadwal yang sangat padat dan melelahkan dimana mereka bermain di pertandingan persahabatan di Doha, kembali ke Manila enam jam sebelum kickoff semifinal untuk klub mereka, kemudian bermain dalam dua hari terakhir kemudian bersiap kembali menghadapi laga final Piala FA Filipina menghadapi Global FC.
Pelatih Global FC, Leigh Manson juga memiliki keraguan mengenai jadwal pertandingan :
"Tentu saja kita tidak (seperti jadwal). Saya akan mempertanyakan persiapan untuk pemain ini, karena mereka adalah atlet profesional. Jadi saya pikir itu adalah sesuatu yang kita sebagai klub perlu melihat dengan PFF (Federasi Sepakbola Filipina). Bagi saya, ini adalah awal untuk cedera. "
"Tapi apa yang bisa kita lakukan?" Kami akan bermain dengan apa pun yang diletakkan di depan kami. Itulah tugas kita. Kami profesional." Pungkas Mason terkait persiapan laga final di Stadion Memorial Rizal.
Mendapatkan sebuah win-win solution bisa menjadi solusi untuk kasus bentroknya kepentingan Timnas dengan klub. Piala AFF bagaimanapun tidak masuk kalender FIFA, sehingga sebuah klub memiliki hak untuk tidak melepas ataupun menahan pemainnya ke Timnas. Jadwal kompetisi harus di-sinkronkan dengan kalender FIFA maupun dengan kalender Federasi Sepakbola Kawasan (ASEAN/ AFF) sehingga meminimalisir terjadinya konflik kepentingan tersebut.
Ali Go menekankan pentingnya liga lokal dalam kaitannya dengan tim nasional.
"Ini semua terhubung ke tim nasional. Jika tidak ada klub yang baik di sini untuk mendukung para pemain, di mana Anda akan melihat pemain ini bermain di luar? Anda harus berterima kasih kepada klub untuk belanja, memberikan kesempatan untuk pemain lain di luar untuk bermain di negara mereka sendiri. Tanpa klub-klub besar, tidak ada liga. Anda tidak bisa mengatakan ini adalah turnamen berguna. Ini adalah turnamen untuk klub. Ini sangat penting.” jelasnya
"Anda tidak bisa mengatakan Anda tidak peduli untuk turnamen ini dan Anda peduli hanya untuk Piala Suzuk. Saya pikir itu salah. Itu pemikiran anak-anak, mungkin. Tetapi jika Anda peduli tentang sepak bola di Filipina, Anda harus mulai di suatu tempat. Saya berharap ini akan menjadi awal bagi PFF dan tim nasional untuk membuat jadwal yang lebih baik lain kali.", tutup Ali Go (sumber : spin.ph)