Beberapa hari ini Jepang dirundung mendung dari pagi hingga sore. Jangan ditanya kalau sang penyinar kehidupan gak nongol sedikit aja, itu dinginnya alamakjan ahik ahik...gak nahan!
Habis pulang mengajar les di kota sebelah gedebukan saya ngebut biar ndak telat ikut acara ini. Buru-buru sms temen-temen deket satu apartemen yang biasa pergi bareng kalau ada acara sekolah, oalah gak ada satupun yang bisa pergi ke acara itu.
Sebenernya hati saya juga sudah ndut ndutan ini antara ikut atau tidak dan ada rasa kepingin cancel untuk pergi karena badan tepar remuk redam mau rebahan sambil mau buru-buru masukin kaki ke dalam kotatsu (meja penghangat) tapi apa daya, si bungsu sudah bilang kalau mau nunggu saya sampai acara kondankai selesai di lapangan sekolah. Duhh..yowes yuk maree mlipir ke sekolah sambil dikekep jaket tebel, ngelibetin syal ke leher plus nublesin kepala dengan kupluk ala anak rap yang fankeh yang gak geunah wkwkwk
KONDANKAI apaan sih? makanan jepun? hussh ini kok cepet banget kalo soal nyunyah mengunyah, mentang-metang lagi dingin. Kondankai adalah pertemuan orangtua murid dengan guru/walikelas di sekolah. Dalam satu tahun ajaran akan diadakan pertemuan itu sebanyak 3 kali.
Dalam pertemuan itu (Kondankai) akan dibahas tentang perkembangan belajar dan kegiatan anak-anak di sekolah yang sudah dilakukan selama satu term.
Saat kondankai kemarin ini yaitu membahas tentang evaluasi perkembangan belajar anak-anak dan kegiatan-kegiatan apa saja yang sudah dilakukan, seperti :
1. Membahas tentang perkembangan anak-anak belajar bahasa Jepang (kokugo).
Dalam belajar Kokugo ini ada sub nya lagi yaitu belajar membaca buku. Anak kelas satu sampai kelas enam akan mendapatkan PR setiap hari untuk membaca buku dengan suara keras dan sikap yang baik. PR membaca itu kita sebut Ondoku. Buku pedomannya didapat gratis dari sekolah, sudah ditentukan topiknya. Awalnya hanya sekitar 2 halaman saja, cepet selesai, tapi makin lama menjadi berlembar lembar halaman dan hari ini saya hitung sudah 15 halaman! Yang dengerin sambil ngejep ngejepin mata takut ketiduran soalnya mayan panjang kaya di ninaboboin ahahaa..
Tugas orangtua tentu saja mendengarkan, setelah mereka selesai membaca, kita wajib untuk memberi nilai. Terus apa dong yang dinilai? Yang dinilai itu adalah kekerasan suaranya, lancar atau tidaknya serta sikap badan saat membaca.
Nilai yang akan diberikan olehorang tua itu bukan berupa angka loh! tapi berupa simbol-simbol. Yaitu, dua bulat lingkaran ◎ adalah Baik, satu bulat lingkaran 〇 adalah Cukup, dan Segitiga △ Kurang.
Anak-anak di rumah suka wanti wanti yang super aneh, mama harus jujur loh, kata si sulung, kalau aku bacanya gagap tolong kasih segitiga ya!