Melihat si bungsu turun dari bis jemputan renangnya, sambil menangis sesenggukan. Saya : "Kenapa kok nangis?" Bungsu :"Hu hu hu testnya aku gagal lagi ma." Saya : "Oh itu, ya gak papa, tapi kan gurunya kasih tahu kamu kalau letak kesalahannya dimana?" Bungsu : "iya, kata gurunya, tangannya pas diayun gak boleh bengkok harus lurus." Saya : "ya sudahlah, bulan depan kan ada test lagi, nah kesalahan yang tadi harus diingat ya!" Bungsu :"iya. Tapi aku sudah bosen ma, 4 kali gagal test terus, temen-temen aku semua ninggalin aku hu hu (tambah keras nangisnya). Saya : "ya, mau gimana lagi, motto ganbaru ne! (Lebih berusaha keras lagi ya!). Bungsu : "haik." (Mulai mereda tangisnya setelah dipeluk oleh saya) Ah, si bungsu yang baru akan genap 6 tahun ini masih belum mengerti dia arti dari suatu kekalahan. Dear anakku sayang, kekalahan itu adalah suatu keberhasilan yang tertunda nak, memang dibutuhkan suatu jiwa yang ksatria untuk menerima suatu kekalahan, tentang rasa ikhlas, legowo dan perasaan ingin bangkit dari kekalahan untuk lebih berusaha keras menggapai suatu keberhasilan. Dear anakku sayang, keberhasilan bukan hanya semata milik dirimu seorang. Mama, papa, bahkan kakek nenekmu, kami semua orang dewasa pun pernah ada masa keterpurukan dimana kita merasa kalah dan tidak berhasil, merasa dunia seakan tidak berpihak tapi justru itu yang membuat seseorang menjadi tegar dan kuat. Tidak cengeng menjalani hidup, karena kehidupan layaknya roda yang berputar, kini kau sedang berada di bawah tapi mama yakin kelak kau akan berada bersisian dengan sahabat-sahabatmu diatas. Ah, saya jadi teringat si sulung, ketika berumur 3 tahun, berkali kali gagal test renang, dan berkali kali pula selalu teriak, "sensei daikiraiii!!!" (Saya benci guruuu!!!) dan saya pun selalu dibantu guru renangnya menarik dan membopong paksa si sulung yang keras kepala kabur untuk tidak mengikuti les renang. Ya, ada masa kehebohan itu, dan syukur alhamdulillah si sulung beranjak besar, sudah mengerti arti dari suatu kekalahan dan belum berhasilnya itu adalah justru membuatnya berpacu dan lebih memotivasi dirinya untuk tidak putus asa bahkan berusaha lebih keras agar bisa mencapai apa yang diinginkannya. Sejak dini anak memang harus belajar untuk dekat dan akrab dengan kekalahan, biar nantinya bisa lebih tegar apabila menghadapi kenyataan pahit kalah dalam suatu persaingan, karena perasaan tegar itu bisa membuatnya untuk bangkit dan membayar kekalahannya itu, yang akhirnya sang anak menjadi akan lebih menghargai arti dari suatu kemenangan dan keberhasilan yang akan diraihnya nanti. Salam Hangat,wk image:memorishah.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H