Lihat ke Halaman Asli

Max Webe

yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

'Operasi Intelijen Hitam' dalam Muktamar ke-34 NU

Diperbarui: 24 Desember 2021   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Muktamar NU di Lampung. Foto: Antara

Said Aqil Siradj dan Yahya Cholil Staquf muncul sebagai dua sosok kuat yang bakal bertarung dalam pemilihan Ketum PBNU di Muktamar ke-34 NU. Dari keduanya, siapa yang berpeluang besar menjadi Ketum PBNU? Namun, dalam perjalanan menuju Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Provinsi Lampung, mulai Rabu (22/12/2021), yang mengusung tema utama 'Menuju Satu Abad NU, Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia', tidaklah mudah.

Sebelumnya, entahlah apakah benar ada 'operasi intelijen hitam' yang ingin menghancurkan nama baik Kyai Said Aqil Siradj (KSAS) dan Gus Yahya Cholil Staquf (GYCS) ataukah hal itu hoax? Benarkah demikian? Jika benar, apa tujuannya dan apakah dampaknya bagi Nahdlatul Ulama serta Indonesia di masa yang akan datang? Siapa yang bermain untuk mengobok-obok Muktamar NU seperti yang terjadi dalam Muktamar NU Cipasung 1994?

Bulan November lalu, muncul artikel yang dapat memastikan akurasi pemberitaan media online berjudul KH Miftachul Akhyar Mengaku Ditelepon Mantan Dubes untuk Undur Muktamar NU . Di dalam berita tersebut sangat jelas terang-benderang pernyataan dari KH Miftachul Akhyar sebagai berikut:

"Saya ditelepon orang dari Amerika mengatasnamakan BIN, namanya Imran. Dia mantan duta besar (untuk) RRC saat itu ia sedang ada di Amerika. Saya ditelepon dari Jakarta minta supaya muktamar diundur karena yang menginginkan Muktamar 2021 punya niat jelek, saya kaget,"ujar dia.

Sementara, daftar Dubes RI untuk RRC , muncul satu nama Imran yaitu Imron Cotan (IC) sebagai Dubes RI untuk RRC pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.  Nama Imron Cotan juga tidak asing saat pemerintah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengusut kasus penembakan yang terjadi di Intan Jaya, Papua. Susunan TGPF diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md. Imron Cotan disebut dari unsur BIN. 

Pertanyaannya penyebutan nama Imran yang dimaksud KH Miftachul Akhyar dengan Imron adalah sosok yang sama?

Sebagai publik awam, ini adalah fenomena yang luar biasa  "Saya ditelepon orang dari Amerika mengatasnamakan BIN, namanya Imran" Jika mengacu pada nama Imran yang dimaksud adalah Imron Cotan, meski operasi intelijen tidak dapat dituliskan vulgar dalam artikel berjudul Wisata ke Danau Toba, Letjen TNI (P) Teddy Lhaksmana dan Keluarga Menanam Pohon tampak kedekatan Imron Cotan dan Wakil Kepala BIN Teddy Lhaksmana misalnya dalam kegiatan jalan-jalan di Danau Toba.  Apa yang dilakukan Imron Cotan hanya menambah konfirmasi operasi intelijen politik BIN dapat menjadi mekanisme checks and balances bagi Pemerintah. 

Sejak bulan Oktober atau November 2021, terdeteksi penyebaran narasi pembunuhan karakter K-SAS dari berbagai sisi yang merupakan upaya merusak nama dan reputasi K-SAS dengan tujuan mencegah K-SAS kembali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Tentunya, siapapun mereka dengan jelas telah menciderai demokrasi dan nilai-nilai adab bangsa Indonesia.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline