Lihat ke Halaman Asli

Max Webe

yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

Bahrumsyah Donatur Terorisme Indonesia

Diperbarui: 23 Januari 2016   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan ada warga Indonesia yang tengah berada di Suriah dan ikut memasok dana untuk aksi teror di Tanah Air. Identitas WNI itu diketahui bernama Bahrumsyah. Badrodin menyebut Bahrumsyah mengirimkan uang sebesar Rp 1 miliar ke terduga teroris berinisial H alias A. Dana tersebut dikirim secara bertahap, ""Terdeteksi beberapa kali pengiriman pada 2015," kata dia di Ruang Rapat Utama Markas Besar Polri (22/1).

Siapa yang tidak kenal Bahrumsyah alias Abu Muhammad al-Indonesi ?

Ia adalah sosok yang muncul di dalam video rekrutmen berdurasi delapan menit bertajuk ‘Join the Ranks’ yang dirilis oleh media milik ISIS, Al - Hayat Media Center dan diunggah di Youtube. Dalam video tersebut, ia menggunakan sorban dan baju serba hitam yang mengajak masyarakat Indonesia bergabung dengan ISIS. Peneliti terorisme, Ridlwan Habib, mengungkapkan bahwa laki-laki tersebut diduga kuat adalah Bahrumsyah. Menurut Ridlwan, Bahrumsyah pernah menempuh kuliah di UIN Ciputat tahun 2004. Namun, ia tidak menyelesaikan kuliahnya lantaran lebih tertarik bergabung dengan kelompok-kelompok militan Muslim. Awalnya Bahrumsyah bergabung dengan kelompok Abu Jibril di Ciputat. Lantaran tak sepaham, Bahrumsyah keluar. "Terakhir, Bahrumsyah berguru ke Ustaz Amman Abdurahman yang terlibat bom Cimanggis 2004 dan Jantho. Amman kini berada di Lapas Nusakambangan," lanjut Ridlwan. Lebih lanjut, “Istrinya tiga, salah satunya janda dari tersangka teroris yang ditembak Densus 88,” ujar Ridwan. Keberadaan salah satu istrinya tersebutlah yang membuat Ridwan berani menyimpulkan bahwa kelompok ISIS di Indonesia terhubung dengan baik dengan kelompok-kelompok teroris yang sebelumnya sudah hidup di Indonesia.

Keterlibatan Bahrumsyah bersama Forum Aktivis Syari‟at Islam (Faksi) dan memproklamirkan diri untuk mendukung ISIS mempercepat  perluasan wilayah di sejumlah kota di Indonesia seperti Jakarta, Ciputat, Banjarmasin, Bekasi, Solo, Sidoarjo, Malang, Bima, Lombok, dan Poso. Diketahui, Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi), di mana Bahrumsyah bergabung, tanggal 8 Februari 2014, di Masjid Fathulah Universutas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan pengajian yang bertemakan   Support and Solidarity for NIIS. Setelah itu, muncul sebuah kelompok yang menyebut dirinya Anshar al-Khilafah  di Jawa Timur tanggal 20 Juni 2014. Satu bulan kemudian, dukungan yang sama muncul di Surakarta. Pada 4 Agustus 2014, kelompok pendukung NIIS sepakat mengganti nama NIIS menjadi SILIR, kependekan dari Suriah Indonesia Lan Iraq. Empat hari kemudian, 8 Agustus 2014, sejumlah atribut NIIS juga bermunculan di Jambi. Sementara, di sebuah Masjid al-Muhajirin di Bekasi, dukungan terhadap NIIS juga dideklarasikan oleh sebanyak 50 orang jemaah tanggal 3 Agustus 2014. Peristiwa proklamir dukungan terhadap ISIS merambah di di Malang dan Sidoarjo. Di Malang, muncul kelompok bernama Anshorul Khilafah. Pembaiatan dan pernyataan dukungan dilakukan di sebuah masjid di Kecamatan Dau Kabupaten Malang pada tanggal 20 Juli 2014. 

Menurut laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), “Indonesians and the Syrian Conflict,” diperkirakan 100 sampai 300 militan Indonesia telah berjuang di Suriah dan tersebar membentuk kelompok-kelompok militer bersama Malaysia, diantaranya, Katibah Nusantara. Sementara, diperkirakan 2.000 orang di Indonesia berjanji setia untuk ISIS awal tahun ini.

 

Ada tiga warga negara Indonesia yang kini menduduki posisi penting di struktur Islamic State (IS). Ketiganya kini berada di Suriah. "Mereka adalah Bahrun Naim, Bahrumsyah, dan Abu Jandal. Bahrumsyah leader di Suriah. Bahrun dan Abu Jandal ahli propaganda," jelas Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti. 

Terkait Bahrumsyah, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropiyono berharap Polri dapat menangkap Bahrumsyah. "Saya dengar ada perintah untuk mengejar Bahrun Naim. Saya nitip untuk mengejar yang lebih tinggi lagi. Disitu ada Bahrumsyah, itu agitator ulung," ujar Hendropriyono semalam di sebuah program TV swasta, Selasa (19/1). Dari cerita Hendropriyono soal sepak terjang Bahrumsyah, ia merupakan seorang yang lihai dalam pertarungan urat syaraf terhadap Polri dan TNI.

Menurut laman ini,  para anggota ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) asal Indonesia di Suriah tidak kompak. Terjadi persaingan antara kelompok Bahrumsyah alias Abu Muhammad al-Indonesi dan grupnya Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal. Direktur Institute for Policy Analysis and Conflict (IPAC), Sydney Jones menjelaskan bahwa kelompok Bahrumsyah kini bertempur di Kota Asy-Syaddadi, Provinsi Hasakah. Sedangkan Abu Jandal berada di Provinsi Homs. Persaingan antara keduanya, menurut dia, kabarnya pernah memicu bentrokan. “ISIS telah mengangkat Bahrumsyah sebagai pemimpin jihadis dari Indonesia,” kata peneliti terorisme di Asia Tenggara Sydney Jones.  Masih dalam situs Albalad.co yang dikelola Faisal Assegaf, wartawan jebolan Tempo ini, diungkapkan berdasarkan dokumen pengadilan diperoleh Albalad.co, pada 23 Maret 2014 Abu Jandal bareng 18 orang lainnya, termasuk Hilmi Muhammad al-Amudi alias Abu Rayyan (pengasuh pondok pesantren Al-Mukmin, Malang, Jawa Timur), Ahmad Junaidi alias Abu Salman alias Jun, Abdul Hakim Munabari alias Abu Imad, dan Ridwan Sungkar alias Abu Bilal alias Iwan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Sumber itu menambahkan hingga kini nasib Abu Jandal di Suriah tidak diketahui. “Ada yang bilang dia sudah tewas tapi belum ada konfirmasi soal itu,” uajrnya. Sedangkan lelaki dimaksud akan menggantikan Abu Jandal adalah Bahrun Naim.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline