Lihat ke Halaman Asli

Max Webe

yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

Prasasti Tionghoa di Situs Makam Pangeran Pasarean

Diperbarui: 3 Januari 2016   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="'Prasasti Tionghoa' di Kompleks Makam Panembahan Pasarean"][/caption]

Saya sengaja menuliskan Prasasti Tionghoa dalam tanda kutip, karena sampai sekarang 'Prasasti Tionghoa' itu belum diketahui secara pasti siapa pemiliknya? Apalagi belum ada penelitian terkait arti tulisan tersebut. "Batu ini ditemukan di sungai Cipager," ungkap Raden Hasan. Sungai Cipager, mengalir dari Gunung Ciremai hingga pesisir Utara Cirebon. 

[caption caption="Sungai Cipager, lokasi ditemukannya 'Prasasti Tionghia'"]

[/caption]

Saat ini, 'Prasasti Tionghoa' itu terpasang dekat dengan Makam Pangeran Pasarean bersama makam-makam yang lain. Patilasan Pangeran Pasarean terletak dipinggir Sungai Cipager. Lokasinya sendiri, kurang lebih 2 kilometer ke arah Timur Kabupaten Cirebon. Tepatnya, di RT 04 RW 01 Kelurahan Gegunung Kecamatan Sumber. 

Siapa Pangeran Pasarean?

Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, beliau pemilik nama asli Pangeran Muhammad Arifin, putra Sunan Gunung Jati dengan Nyai Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan dari Majapahit. Sementara, Naskah Kanjeng Pangeran Raja Suleman Aria Bratawirya Sulendraningrat Kaprabonan Cirebon, beliau mendapat julukan Pangeran Jaka Lana. Sunan Gunung Jati memberikan tugas kepada Pangeran Pasarean untuk membuat tapal batas antara Cirebon dan Galuh. "Dalam menjalankan tugas dibekali senjata cis sejenis keris yang menyerupai tombak," ungkap Raden Hasan. Beliau menancapkan senjatanya dari bukit di lereng Gunung Ciremai, saat ini disebut Mandirancan. Kemudian, mengarah ke Utara hingga sampailah di suatu wilayah yang tanahnya menyerupai gunung, dan sekarang disebut desa Gegunung.

[caption caption="Naskah kuno yang tersimpan di Patilasan Pangeran Pasarean"]

[/caption]

Dengan keberadaan 'Prasasti Tionghoa' ini dengan sendirinya dapat membantah gagasan benturan peradaban Samuel Phillips Huntington, yang dikenal dengan sebutan the clash of civilizations, dan telah mewarnai jagad pemikiran selama lebih dari satu dekade. Mengutip Cheng Ho and Islam in Southeast Asia, karya Tan Ta Sen mengungkapkan Laksamana Cheng Ho (Zheng He) sebagai Muslim yang dipercayai Kaisar Yung-Lo (Yongle) bersama kawan-kawannya mendirikan pusat Islam di tempat para pemukim Tionghoa Muslim dan pedagang. "Semuanya membantu dalam penyebaran Islam dan juga melibatkan sejumlah orang Tionghoa dalam perpolitikan Jawa dan Sumatera. Memang sulit diramalkan apakah ada banyak dokumen dan artefak yang dapat mendukung penjelasan ini. Namun, bisa jadi dalam konteks ini, menyertakan peran Cheng Ho menawarkan perspektif segar tentang serangkaian peristiwa sangat penting dalam sejarah maritim China," kata Wang Gungwu dalam kata pengantar di buku tersebut.

Seluruh konsep baru, silang pendapat akan tetap muncul dan terus terjadi, sampai akhirnya ditemukan fakta dan data baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline