Desa Tabah secara administratif terletak di wilayah timur Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu. Sekitar dua jam lebih dari kota Belopa akses ke sana terbilang cukup mudah, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Menuju ke desa ini hamparan sawah dengan latar belakang pegunungan seakan menyambut kedatangan kita, riak air pengairan, kumpulan kerbau, hilir mudik para petani dan tawa canda anak-anak yang bermain di sekitaran persawahan menjadi suasana yang begitu memikat hati. Hanya saja infrastruktur di Desa ini masih jauh dari kata layak sehingga perlu perhatiaan dan penanganan yang serius dari pemerintah kabupaten hingga desa.
Mayoritas peduduk di desa Tabah bermata pencaharian sebagai petani. Ada yang sebagai petani pemilik dan ada juga yang hanya sebagai petani penggarap, yang tidak memiliki sawah namun bekerja sebagai penggarap sawah milik orang lain dengan upah yang bervariatif. Meskipun pengairan di desa ini cukup lancar namun penanaman padi belum dapat dilakukan tiga kali dalam satu tahun.
Pernah dicoba untuk melakukan penanaman padi selama tiga kali dalam setahun namun hasilnya tidak memuaskan. Penyebabnya selain debit air yang tidak cukup, hama tikus dan serangga lainnya sangat mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Selain bertani masyarakat di desa ini juga berkebun diantaranya tanaman cokelat atau kakao meskipun hasilnya tidak sebanyak dari hasil pertanian.
Kebanyakan pemuda di desa ini setelah menamatkan sekolah SMA mereka melanjutkan pendidikan di kota Palopo dan Makassar. Sebagiannya lagi merantau. Mereka merantau ke berbagai wilayah seperti ke Kalimantan dan Papua demi untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu, menembah pengalaman hidup adalah alasan lain yang mendorong mereka untuk merantau. Maka jangan heran jika hari-hari besar seperti Idhul Fitri dan Natal suasana desa ini akan mendadak ramai karena mayoritas orang-orang yang merantau akan mudik pada moment tersebut.
Ada juga yang memilih untuk tinggal menetap di desa. Membantu pekerjaan orang tua melajutkan kebiasaan turun temurun nenek moyang mereka, menjaga kearifan lokal, dan membantu proses pembangunan desa dengan terlibat di berbagai kegiatan pengembangan desa atau bahkan menjadi perangkat desa.
Desa yang dikepalai oleh Bapak Adriadi ini penduduknya berasal dari berbagai daerah di Sulawesi. salah satunya dari daerah Toraja. Keberadaan masyarakat Toraja yang masyoritas beragama Kristen di wilayah Luwu khususnya desa Tabah telah ada sejak puluhan tahun silam. Mereka bermigrasi dari daerah dataran tinggi ke daerah dataran rendah.
Migrasi ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya gejolak politik pada masa itu. Berdasarkan keterangan dari Sekretaris desa, orang-orang Toraja yang mendiami daerah Tabah dulunya berasal dari wilayah pegunungan. Mereka bermigrasi ke dataran rendah karena adanya gejolak politik antara pemeritah pusat dengan pasukan Kahar Muzakkar yang merembet hingga ke wilayah pemukiman orang-orang Toraja di pegunungan sehingga tak ada jalan lain bagi penduduk Toraja ini selain mengungsi kedaerah yang lebih aman.
Keberadaan masyarakat Toraja di desa ini telah menjadi cerminan kerukunan umat beragama yang patut untuk di teladani. Perbedaan keyakinan tidak menjadikan sekat bagi penduduk desa. justru dengan perbedaan ini masyarakat memiliki toleransi, gotong royong dan sikap harga-menghargai yang begitu dalam, Masjid dan Gereja berdiri bersebelahan dipinggir alun-alun, masyarakatnya beribadah dengan tenang jauh dari kesan curiga-mencurigai. Kata "Assalamualaikum" dan "Selamat Pagi" adalah salam standar yang sering kita dengar di desa ini. "Saling menyapa memberikan senyum adalah hal yang sederhana namun memilik pengaruh yang luar biasa dalam menjaga keharmonisan bermasyarakat", kata Sekdes desa Tabah Pak Faizal.
Asimilasi dan akulturasi kebudayaan terjadi di berbagai lini kehidupan masyarakat di desa ini. Salah satu contoh, banyak penduduk di desa ini yang menikah dengan pasangannya yang berbeda keyakinan sehingga dalam satu rumah tangga terkadang kita akan mendapati dua keyakinan yang berbeda namun mereka tetap hidup dalam satu keluarga rukun yang aman dan tenteram. Toleransi beragama sangat kental terasa di desa ini. Saling menghargai antar pemeluk agama lainnya, memberikan kebebasan namun tidak melampaui kebebasan yang lainnya. Tentunya ini sebuah pemandangan yang sangat menyejukkan hati.
Penulis,
M.Yusuf Weandara