Lihat ke Halaman Asli

Wayudin

Pengabdian tiada henti

(Dari) Indonesia Bisa Menjadi Indonesia Terserah?

Diperbarui: 19 Mei 2020   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepertinya masyarakat yang  apatis terhadap anjuran-anjuran pemerintah akhirnya memunculkan sebuah seruan baru di dunia maya, yaitu “Indonesia Terserah” Seruan ini  merupakan ungkapan kekecewaan sebagian masyarakat, terutama para tenaga kesehatan. Pusat keramaian kembali dipadati oleh manusia seolah-olah pandemi telah berlalu. 

Rencana untuk melonggarkan PSBB bukanlah alasan pembenaran untuk kembali meramaikan suasana karena akan meningkatkan resiko terjadinya gelombang penularan yang berikutnya. 

Kecewanya sebagian masyarakat bisa dimaklumi. Anjuran pemerintah selalu saja memiliki pelanggar, dari anjuran menggunakan masker, mudik hingga berkumpul di keramaian. 

Kurva penularan yang lebih landai masih belum tercapai dan meskipun nantinya hal tersebut berhasil dicapai, bukan berarti kita boleh lengah karena vaksin belum akan tersedia dalam waktu dekat.

Tradisi Lebaran dan juga mudik memang sudah hampir tiba. Pandemi ini telah merubah banyak kebiasaan normal masyarakat Indonesia, termasuk dalam kebiasaan normal ketika berpuasa. 

Tahun-tahun sebelumnya, buka puasa dapat dilakukan bersama teman dan keluarga besar, namun kini tentu saja hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Ibadah di rumah ibadah pun harus dipindahkan ke rumah untuk mencegah penyebaran wabah secara masif. 

Bagi sebagian masyarakat, beribadah di rumah ibadah memiliki kesan yang berbeda, namun Tuhan tentu akan mengerti kesulitan umatNya dalam kondisi seperti ini. Lebaran kali ini sepertinya juga harus disesuaikan dengan kewajaran baru (new normal), yaitu dirayakan di rumah masing-masing dan silaturahmi kembali dilakukan secara virtual.

Indonesia Terserah dapat dikatakan muncul akibat masyarakat yang larut dalam hiruk pikuk Lebaran, rela menembus larangan keramaian demi membeli barang-barang kebutuhan Lebaran. 

Kita yang masih "waras" tentu hanya bisa geleng-geleng kepala. Para pedagang pun tidak mau kalah. Setelah berpuasa dagang beberapa lama, mereka beranggapan bahwa inilah saat yang tepat untuk kembali meraih keuntungan. 

Antara membeli kebutuhan lebaran dan rindu untuk berkumpul inilah yang menimbulkan fenomena lautan masyarakat kembali terjadi meski PSBB belum dilonggarkan. 

Mungkin ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial adalah benar adanya, yakni tidak dapat hidup sendiri melainkan harus bersama-sama.    

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline