Lihat ke Halaman Asli

Way Irma

Universitas Jambi

Upaya Penyelesaian Konflik Agraria Yang Tiada Henti di Sumut

Diperbarui: 20 Desember 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyusun aksi elemen masyarakat saat memperjuangkan hak tanah mereka, dalam catatan KontraS Sumut setahun terakhir. (f: ist/salah bintang)

Walhi Sumut (Sumatera Utara) menyatakan bahwa Pemerintahan Jokowi masih banyak persoalan konflik agraria dan Sumber Daya Alam (SDA) di Sumut yang tak kunjung usai. Di tahun politik saat ini, ujar Rianda Purba, Direktur Walhi Sumut, penyelesaian konflik tersebut berpotensi semakin diabaikan.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara (Sumut) mengungkapkan, setidaknya ada 18 kasus konflik agraria-sumber daya alam yang meletus di Sumut sepanjang 2023. Kasus-kasus ini berada di areal seluas 18.140 hektare, 9 kasus di kawasan hutan dan 9 lainnya di areal penggunaan lain (APL). Akibat kasus-kasus tersebut, sekitar 7 ribu kepala keluarga harus hidup dalam bayang-bayang konflik, ketidaknyamanan, dan ancaman kehilangan sumber penghidupan.

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi berharap penanganan sengketa dan konflik agraria di Sumut diselesaikan dengan adil, bermanfaat dan berketetapan hukum, sehingga tidak menimbulkan permasalahan agraria yang terus berkepanjangan.

Konflik agraria seringkali melibatkan ketimpangan akses dan kepemilikan tanah antara masyarakat kecil dan pihak berkuasa (perusahaan besar atau pemerintah). Oleh karena itu, penyelesaian harus mengutamakan keadilan sosial dengan memastikan bahwa masyarakat kecil, seperti petani dan masyarakat adat, mendapatkan perlindungan dan hak mereka atas tanah. Konflik agraria tidak hanya menyangkut manusia, tetapi juga kelestarian lingkungan. Penyelesaian konflik harus mempertimbangkan dampak terhadap ekosistem. Reforma agraria yang sejati adalah kunci, termasuk redistribusi tanah untuk mereka yang membutuhkan. Tanpa langkah nyata, konflik agraria hanya akan memperburuk ketimpangan dan merusak hubungan sosial di tingkat lokal maupun nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline