Lihat ke Halaman Asli

Memanfaatkan Waktu untuk Merdeka Belajar

Diperbarui: 26 Mei 2023   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kunci sukses pendidikan dapat dilihat dari proses dan hasil akhir yang didapat. Dalam berproses tentunya diperlukan persiapan yang tidak kalah pentingnya. Persiapan tersebut meliputi, tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Menilik kalimat merdeka belajar, yang mempunyai esensi bahwa siswa bisa bebas belajar. Lebih dalam lagi siswa dapat belajar apa saja, dimana saja, kapan saja dengan siapa saja. Merdeka ada aturan atau batasan di dalamnya. Sifatnya mengikat sehingga hubungan setiap orang yang berkepentingan berjalan teratur. Salah satu batasan adanya topik-topik yang sesuai dengan perkembangan umur siswa. Merdeka belajar tentunya mendorong guru untuk lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Proses yang baik akan mendapatkan hasil yang baik.

Implementasi merdeka belajar memiliki beberapa masalah saat penerapannya. Banyak situasi yang menyebabkan sebagian guru tidak bisa mengimplementasikan merdeka belajar dengan baik. Kebebasan setiap guru untuk mempersiapkan pembelajaran terkadang tidak diimbangi dengan semangat kebebasan berpikir yang diarahkan kepada siswa. Guru mempersiapkan dengan baik apa yang akan dijalani oleh siswa dalam proses pembelajaran. Justru disinilah letak permasalahannya. Merdeka belajar mengamanatkan siswa memiliki kebebasan dalam belajar apa saja, dimana saja, dengan siapa saja, kapan saja. Kebebasan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh seluruh guru yang pada akhirnya guru justru sangat membatasi kemerdekaan itu. Bagaimana ini bisa terjadi? Beberapa permasalahan dasar yang terjadi pada guru yakni (1) guru hanya berfokus pada penyelesaian materi pembelajaran, (2) lebih mudah menilai apabila project yang diberikan idenya berasal dari guru, (3) lebih mudah fokus pada mata pelajaran sendiri daripada harus berkolaborasi dengan guru lainnya, (4) guru tidak berani membuka ruang kepada siswa untuk menentukan sendiri apa yang akan dipelajari. Sejatinya kunci sukses merdeka belajar adanya guru yang siap mengarahkan siswa tanpa membatasi kebebasan siswa dalam menentukan ide-idenya.

Merdeka belajar tidak bisa dilepaskan dari kolaborasi. Sebagian guru merasa kolaborasi akan membuat waktu banyak terbuang percuma. Bahkan sebagian guru tidak memahami apa itu kolaborasi lintas mata pelajaran. Setiap guru ingin menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam mengimplementasikan merdeka belajar. Ego mata pelajaran yang dipegang guru juga menghambat kolaborasi. Apa akibatnya? Setiap guru akhirnya memberikan project yang berbeda. Hal ini justru semakin membebani siswa dalam belajar. Tentunya saja pola pikir ini harus diarahkan agar setiap pelaku pendidikan dalam mengimplementasikan merdeka belajar dengan baik. Mereka (guru, siswa, sekolah, masyarakat dan pemangku kebijakan) belajar untuk mengimplementasikan merdeka belajar dengan baik. Bagaimana caranya? Telah diungkapkan sebelumnya beberapa permasalahan yang timbul. Solusi yang dapat diberikan yakni (1) guru tidak hanya fokus pada penyelesaian materi pembelajaran. Dalam hal ini guru mencari cara agar siswa mampu menelusuri secara mandiri materi yang sedang dibahas dalam setiap tatap muka. Perkembangan internet dan media sosial memberikan guru dan siswa untuk belajar lebih banyak. Banyaknya informasi yang beredar harusnya membuat guru dan siswa belajar lebih banyak. Mereka merdeka untuk belajar. Setiap informasi yang didapat harus dianalisa dengan baik agar informasi yang didapat adalah benar, bermanfaat dan sesuai dengan topik yang dibahas. (2) Berbagai informasi yang didapat memberikan ruang bagi guru dan siswa untuk berinovasi. Adanya berbagai informasi dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendorong kreativitas siswa. Siswa bisa berinovasi. Inovasi membuat siswa harus mencari banyak sumber ilmu penunjang. Terkadang ilmu penunjang ini tidak dikuasai oleh satu guru saja. (3) Inovasi yang dilakukan oleh siswa memerlukan berbagai disiplin ilmu untuk mewujudkannya. Disinilah kolaborasi diperlukan. Memahami setiap ilmu sama pentingnya membuat guru juga wajib mendiskusikan dengan guru lain apa yang menjadi inovasi siswa. Sehingga tidak lagi terjadi ego mata pelajaran. (4) Memberikan ruang kepada siswa untuk menentukan idenya sendiri membuat siswa bisa belajar apa saja, dimana saja dan kapan saja. Mereka juga bisa berdiskusi dengan siapa saja. Tidak hanya guru di sekolah. Terkadang orang lain yang memahami juga perlu diminta pertimbangannya. Guru tidak perlu khawatir lagi manakala siswa menentukan idenya sendiri, karena guru akhirnya menyadari bahwa mereka tidak berjalan sendirian untuk mengarahkan siswa. Tentunya guru memahami rambu-rambu yang harus dipatuhi siswa dan apa saja yang dapat mereka pelajari. Ini berarti siswa dalam situasi yang terkontrol. Kembali bahwa merdeka belajar tetap ada batasan yang sesuai dengan batasan usia mereka, batasan topik yang sedang dibahas.

Salah satu implementasi merdeka belajar yang dapat diterapkan yakni terkait dengan kain tenun. Pada mata pelajaran matematika siswa dapat belajar mengenai pola garis yang ada pada kain tenun. Disamping itu mereka juga bisa belajar tentang bangun datar. Pada tingkatan yang lebih tinggi mereka bisa belajar tentang grafik fungsi dan memanfaatkan grafik serta bangun datar tersebut untuk membuat pola kain tenun yang baru. Pada mata pelajaran yang terkait dengan ilmu sosial siswa dapat diarahkan belajar mengenai manusia dan kehidupannya dalam mempersiapkan kain tenun. Alam juga menjadi topik yang menarik untuk dibahas karena dalam pola kain tenun manusia mencari ide dari alam seperti gunung, sungai, pantai, dan berbagai batuan. Pada mata pelajaran yang terkait dengan ilmu alam siswa dapat belajar tentang makhluk hidup yang menjadi objek gambar. Disamping itu penggunaan bahan kain tenun juga menjadi kajian yang menarik. Bahan yang digunakan terkadang alami atau buatan. Alat yang digunakan juga bisa digunakan sebagai materi yang harus dipelajari terkait dengan cara penggunaannya, bahkan sampai energi yang dibutuhkan alat untuk menyelesaikan kain tenun. Dalam ilmu bahasa bisa dipelajari mengenai penulisan yang baik. Baik itu mengenai pelaporan, artikel, esai atau opini terkait dengan kain tenun. Tidak jarang juga bisa dalam bentuk puisi, prosa, cerpen, bahkan novel sekalipun. Pada materi yang terkait dengan seni budaya siswa bisa menelusuri bagaimana tarian menggunakan kain tenun. Bahkan mereka bisa berinovasi dalam membuat ragam kriya yang berkaitan dengan kain tenun. Agama dan budi pekerti Dapat diselami dengan belajar kerja sama dalam pembuatan kain tenun. Pada tahap implementasi bahkan bisa ditunjukkan bagaimana mereka berbagi tugas dan menghormati setiap tugas yang diberikan. Tentunya mereka akan bertanggung jawab sesuai dengan ajaran agama dan norma yang berlaku. Bahkan terkait dengan mata pelajaran Penjaskes. Mereka bisa berinovasi membuat sebuah gerakan senam berdasarkan orang yang sedang mempersiapkan berbagai alat dan bahan serta dalam proses pembuatan kain tenun.

Bagaimana caranya agar dapat berkolaborasi? Menyatukan berbagai ide menjadi hal terpenting sebelum memulai semester atau tahun ajaran. Guru lintas disiplin ilmu mendiskusikan topik apa yang akan dipelajari oleh siswa. Memberikan topik pada awal semester akan mengarahkan siswa untuk belajar banyak hal pada semester itu. Tentunya siswa diberikan kebebasan untuk menentukan projek apa yang akan dibuat. Terkait dengan kain tenun tadi contohnya. Guru bisa memberikan arahan kepada siswa mengenai ide project yang akan dibuat. Misalnya yang menjadi project adalah “Senam Tenun”, atau “Boneka dari Kain Tenun”, “Unsur Alam pada Kain Tenun”, dan sebagainya. Kolaborasi akan membuat projek berasal dari berbagai disiplin ilmu. Satu project untuk lebih dari satu mapel. Bahkan sangat mungkin satu projek harus memuat semua mapel yang ada. Keadaan ini membuat tidak ada lagi ego mata pelajaran. Tidak ada lagi guru yang langsung memberikan judulnya pada siswa dalam membuat projek. Tidak ada lagi siswa merasa terbelenggu dalam belajar. Keadaan ini juga akan membuka wawasan siswa dan guru untuk belajar lebih luas lagi. Hal ini sesuai dengan makna dari merdeka belajar bahwa mereka belajar apa saja, dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline