Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Moderasi Beragama sebagai Perisai Radikalisme di Lembaga Pendidikan

Diperbarui: 13 Mei 2022   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

bahwa dalam pendidikan agama seharusnya mampu mengantarkan peserta didik untuk memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai agama yaitu kasih sayang, kedamaian, toleransi, dan kelembutan.

Pendidikan agama tidak hanya mengandung ajaran agar seorang hamba bermuamalah dengan baik kepada sang pencipta (Tuhan) yaitu hablu minallah, akan tetapi lebih dari itu manusia adalah mahluk sosial yang juga harus mampu bermuamalah dengan sesama atau hablu minannas.

Secara kedudukan, pendidikan agama di Indonesia memiliki posisi yang strategis di dalam sistem pendidikan nasional.

Pendidikan agama diharapkan mampu menjadikan peserta didik pribadi yang berbudi luhur, berperilaku santun dan ramah, inklusif, toleran, moderat yang tidak ektrem kanan (radikal) atau ekstrem kiri (liberal) sebagaimana pesan yang ada di dalam ajaran agama.

Masih banyak ditemukan penyimpangan moral akibat sikap dan perilaku yang mengarah kepada radikalisme yang dilakukan oleh para peserta didik baik di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

Sikap atau perilaku intoleran dan radikal tersebut pada dasarnya sangat bertentangan sekali dengan nilainilai ajaran agama yang sangat menjunjung tinggi pluralitas. Pendidikan agama yang seharusnya dapat menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang santun ternyata masih jauh dari harapan.

Nilai-nilai agama yang luhur seperti kasih sayang dan toleransi belum mampu dipahami, dihayati, dimaknai, dan diimplementasikan di dalam perilaku peserta didik sehari hari. Sementara dalam tataran praktis, pendidikan agama masih seringkali hanya menyasar ranah kognitif yang mengajarkan pengetahuan semata atau bersifat informatif dan cenderung mengabaikan ranah afektif dan psikomotorik.

Akibatnya, peserta didik hanya unggul di dalam pemahaman materi agama, tapi mereka masih sangat lemah dalam memaknai setiap ajaran agama yang diperoleh sehingga belum mampu menerapkannya di dalam perilaku mereka sehari hari.

Realita di atas mengindikasikan bahwa masih terdapat masalah atau kelemahan di dalam praktik pendidikan agama terutama dalam menanamkan nilai-nilai agama seperti toleransi dan kasih sayang.

Akibatnya, tidak sedikit para peserta didik tidak mampu memahami dan memaknai nilai-nilai ajaran agama yang luhur tersebut sehingga seringkali mereka menjadikan agama sebagai klaim kebenaran terhadap agama lain serta alat untuk menjustifikasi kesalahan atau kesesatan kelompok tertentu. Oleh karenanya, dibutuhkan satu konsep pendidikan agama yang mampu membentuk perilaku keagamaan yang moderat dan toleran.

Di dalam hal ini, pendidikan moderasi beragama disinyalir sebagai suatu konsep pendidikan agama yang mampu membentuk karakter peserta didik untuk berperilaku keagamaan yang inklusif dan toleran serta tidak ekstrem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline