Lihat ke Halaman Asli

Menengok Pantai Kutuh Yang Tidak Perawan Lagi

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai destinasi wisata unggulan, keindahan alam tentu menjadi salah satu anugerah bagi Bali. Tidak terkecuali, pantai-pantai yang mengelilingi Pulau Bali dan pulau sekitarnya.

Maka, tidak bisa dihindari pantai turut menjadi ‘korban’ eksploitasi sejak puluhan tahun silam. Sebut saja Pantai Kuta, Pantai  Legian ataupun Pantai Sanur. Pantai-pantai itu seolah sudah menjadi rumah ke dua bagi para wisatawan.

Namun, sebagian Pantai di Bali masih ‘aman’ dari ‘jamahan sorot mata’ para wisatawan hingga beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah Pantai Desa Kutuh di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Pantai sebenarnya tidak terlalu jauh dari ‘pusat pariwisata’ Bali. Hanya 10 Kilometer dari Kawasan Wisata Elit Nusa Dua, 10 Kilometer dari Jimbaran, atau 20 Kilometer dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kuta, Bali. Namun, wisatawan luas baru mulai mengenal pantai ini sejak sekitar 3 tahun lalu.

Sebelumnya, Pantai ini menjadi pantai eksklusif bagi warga setempat dan segelintir wisatawan eksklusif. Wisatawan ekslusif yang umumnya atlet dan penghoby paralayang, dan surfing. Selain itu, ada pula pebisnis rumput laut, karena warga setempat bertani budidaya rumput laut di pantai ini.

Puluhan tahun pantai ini berhasil menjaga ‘keperawanan’ berkat minimnya infrastruktur. Betapa tidak, hingga sekitar empat tahun lalu, pengunjung wajib melalui jalan setapak sejauh lima kilometer untuk mencapai pantai ini. Itu pun hanya sampai di atas batu karang terjal. Untuk menyentuh pasir putihnya yang Indah, pengunjung harus menuruni batu karang terjal setinggi 10 hingga 50 meter.

Tapi kini, pengunjung bisa dengan mudah mencapai pantai yang telah menjelma menjadi Pantai Pandawa. Jalanan aspal sepanjang lima kilometer sudah dibangun dari pusat Desa Kutuh menuju pantai. Sementara dari Nusa Dua menuju Pusat Desa Kutuh, bisa diakses dengan jalan protokol yang relatif lebar.

Selain itu, sebagian batu karang juga sudah dipangkas dan dibentuk menjadi jalan masuk dari atas tebing karang menuju bibir pantai. Jalanan turun ke pantai pun sudah diaspal. Bahkan, tempat parkir untuk pengunjung juga sudah tertata rapi di bibir pantai.

Tentu saja, wisatawan harus membayar untuk kenyamanan fasilitas ini. Mereka harus membayar beberapa ribu rupiah ketika memasuki kawasan ini. Uang itu akan masuk ke masyarakat dan Pemerintahan Desa yang mengelolanya. Jadi, ‘sang Perawan Desa’ sudah membuka pintu lebar-lebar untuk wisatawan lokal, domestik dan mancanegara.

Kenyamanan yang disuguhkan ‘sang Perawan Desa Kutuh’ tidak berakhir hingga di sini. Setibanya di bibir pantai, di atas pasir putih, deretan warung dan kios makanan serta minuman sudah siap melayani ‘para tamu’. Selain itu, kursi pantai lengkap dengan payungnya juga sudah berjejer rapi. Kemudian, ada juga deretan kano yang siap disewa.

Bahkan sesuai nama barunya, sejumlah patung tokoh pewayangan, Pandawa dan Keluarganya juga dibangun di ceruk-ceruk tebing. Mereka siap memanjakan pengunjung yang doyan selfie. Pantai Pandawa, menawarkan kenyamanan dan kemewahan baru bagi wisatawan yang sudah menganggap Bali sebagai rumah kedua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline