Lihat ke Halaman Asli

M Aan Setiawan

Pengagum Hujan dan Kesunyian.

Mencintai Pancasila, Mencintai Islam

Diperbarui: 28 Agustus 2020   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nu.or.id

Pancasila merupakan falsafah dasar bagi bangsa Indonesia. Kehadirannya mampu menyatukan berbagai suku, ras dan agama. Hal tersebut adalah representasi dari Al-Quran yang mengajarkan tentang saling mengenal dari berbagai sudut pandang perbedaan, tanpa melihat kelebihan dan kekurangannya.

Menjelang sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agusutus 1945, yang akan mengesahkan UUD, pada 17 Agustus sore, ada sejumlah anak muda yang mengaku dari timur yang mewakili umat Kristen bertemu Bung Hatta.

Mereka mengatakan jika Piagam Jakarta tidak dihapus di Mukaddimah UUD, umat Kristen tidak akan bergabung dengan Indonesia. Bung Hatta mengundang sejumlah tokoh Islam dan membahas tuntutan tersebut. Tanpa ragu mereka sepakat menghapus tujuh kata itu dari Mukadimah UUD.

Menurut Prof Syukron Kamil, Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, "Penghapusan tujuh kata itu tak membuat nilai-nilai Islam menjauhi lima sila dari Pancasila. Islam hadir bukan sebatas di sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa."

Menurut dia, Islam mengajarkan demokrasi juga keadilan sosial. Islam juga mengajarkan tentang kemanusiaan. "Persatuan Indonesia itu kita diajarkan nilai-nilai ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah," ungkap dia.

Penerimaan Pancasila oleh NU dan ormas Islam lain serta parpol Islam, sekitar 35 tahun yang lalu berdampak sangat besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terkhusus dalam kehidupan sosial politik dan keagamaan. 

Sebagai contoh, warga NU dan Muhammadiyah sekarang tidak hanya memilih berdasarkan partai Islam atau basis masa Islam, akan tetapi memilih partai tengah.

Jika masih ada orang yang membanding-bandingkan antara Islam dan Pancasila, maka hal itu dipahami sangat bodoh dan tidak masuk akal. Pancasila adalah sebuah falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara, sementara Islam adalah agama yang menjadi kepercayaan warga negara.

Maka dari itu, jika ada orang yang masih mempertentangkan Pancasila, bisa dipastikan dia mempunyai ideologi transnasional. Pancasila dan agama tidak perlu dibandingkan, karena keduanya tidak ada yang bertentangan.

Sesuatu yang tidak bertentangan dengan hukum Islam adalah nilai Islam itu sendiri. Begitupun ketika kita mencintai Pancasila, maka dipastikan kita juga mencintai Islam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline