Sakit memiliki posisi istimewa dalamkhazanah penderitaan, karena bisa menyebabkan kematian. Kini kita akan mencobamengenali apa itu kematian.
Manusia lahir, berproses dan mati.Jadi kematian adalah penutup bagi peziarahandi dunia ini. Maka, dari suatusudut bisa dikatakan bahwa kematian adalah tujuan dari kehidupan.
Namun inibisa membuat kita cemas. Karena dengan kematian kita mengalami keterputusanhubungan dengan orang-orang yang kita cintai. (Sebenarnya ada alasan lain yangbisa saya tambahkan. Yaitu bahwa kematian adalah alam yang sama sekali belumkita kenal. Dan ketidak pastian seperti ini umumnya akan dihindari.)
Gagasan bahwa kematian adalahketiadaan merupakan gagasan yang sangat tua. Namun gagasan ini mulai "terusik"oleh gagasan lain: Jika orang baik dan orang jahat sama-sama berakhir denganketiadaan, lalu apa gunanya menjadi orang baik.
Maka muncul kesadaran akan adasuatu "ganti rugi" atas segala perbuatan kita selama hidup ini. Kemudian munculjuga pertanyaan: kapan dan bagaimana ganjaran atas kehidupan akan diterima olehorang baik dan orang jahat. Gagasan-gagasan ini kemudian mendorong munculnyagagasan tentang kebangkitan.
Orang-orang Yahudi menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dengan menganalogikan siklus tumbuhanberbiji. Biji-bijian muncul dari bunga yangterdapat pada sebuah pohon.
Biji itu kemudian akan menjadi tua dan tangkainyaakan terputus dengan batang pohon. Biji itu akan mati dan (buahnya) membusuk.Namun pada hari ketiga biji itu akan mengeluarkan tunas baru. Dan tunas iniakan tumbuh menjadi pohon. Maka diyakini bahwa setelah mati, orang akan hiduplagi. Gagasan ini berkembang pada masa Yesaya.
Agar orang bisa bangkit lagi dalam kebaikan(sebagai lawan bangkit dalam penghukuman), maka dalam kehidupannya harus adakebaikan. Kesadaran akan kebaikan dalam kehidupan ini juga berlaku secarakolektif. Agar suatu bangsa bisa bangkit secara utuh, maka semuanya harus hidupdalam kebaikan. Maka tidak ada tempat untuk kejahatan. Gagasan ini kemudianmendorong munculnya hukum rajam bagi para pendosa.
Namun gagasan tentang kebangkitanini bukanlah sesuatu yang mulus dalam perkambangannya. Bangsa Yahudi adalah bangsa yang hidupnya"jujur dan layak." Namun mereka justru mengalami pembuangan ke Babel tahun 587SM. Ketika mereka kembali dari masa pembuangan, Yerusalem justru runtuh.
Lalu,dimana balas jasa dari Tuhan itu. Dan kenyataannya, gagasan tentang kebangkitanini memang sulit diterima oleh Bangsa Yahudi. Dari banyak kelompok/suku, hanyaorang-orang Farisi yang memperjuangkan gagasan tentang kebangkitan, sedangorang-orang Saduki menentangnya.
Dalam konteks seperti inilah Yesusmewartakan kebangkitan. Penderitaan dan kematian Yesus yang tragis menyatakanbahwa kehidupan kita bisa diselamatkan dalam iman kepercayaan kepada Tuhan.Gagasan yang digemakan oleh Yesus ini kemudian disebarkan oleh para rasul dandicatat dalam "Kisah Para Rasul." Kebangkitan juga menjadi pusat pewartaanPaulus.
Namun jika kita membaca Perjanjian Baru, kita tidak akan menemukanfakta kebangkitan, selain penampakan oleh Yesus. Kisah kebangkitan justru bisakita baca pada kitab-kitab apokrif (kitab yang tidak digunakan/tidakdikanonisasi). Mungkin para penulis PB ingin mengindari tudingan kebangkitanYesus sebagai suatu mitos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H