Masih ingatkah Anda dengan acara "Dunia Dalam Berita?" Pada masanya, saya kira, acara tersebut menjadi salah satu acara berkualitas yang dimiliki oleh TVRI. Melalui acara tersebut kita bisa mengetahui apa yang terjadi di negara lain. Misalnya tentang konflik Israel-Palestina.
Redaksi cukup baik dalam memilih dan memilah, berita mana yang akan ditampilkan. Mengapa harus dipilih? Karena saat itu jarak masih menjadi masalah. Semakin jauh sumber berita, semakin sedikit pilihan media penyiar yang ada. Maka hanya berita-berita penting yang akan ditampilkan.
Bagaimana dengan sekarang? Hal penting dan tidak penting bercampur aduk, menjadi satu, seakan-akan semuanya mirip. Ini merupakan konsekuensi dari prinsip bahwa jarak bukan lagi masalah.
Dan akibatnya kita menjadi berkelimpahan, overload. Kalau tidak percaya, buka saja internet. Buka mesin pencari, google misalnya. Ketik sebuah kata, maka Anda akan mendapat sekian ribu pilihan hasil pencarian? Mana yang harus Anda buka pertama?
Meski demikian, kiranya banyak dari keluarga kita masih menggunakan media televisi sebagai media yang ditonton pada malam hari. Jika orang tuanya menonton televisi, biasanya anaknya juga nimbrung. Tapi di waktu lain, sang anak juga mengakses internet via hapenya.
Maka, tanpa kita sadari, kita berada di dua era, yaitu era televisi dan era internet. Apakah hidup di dua era secara bergantian adalah menyenangkan? Saya rasa tidak. Mungkin justru akan menimbulkan kebingungan, meski kadang tanpa disadari. Namun, antara televisi dan internet, juga memiliki pesan yang sama, yaitu sifat instan. Maka kita hidup kebingungan di era instan. Efeknya adalah krisis identitas.
Bagaimana identitas generasi milenial terbentuk? Secara mudah bisa dikatakan identitas generasi milenial terdiri dari dua hal, yaitu apa yang ada dalam diri subyek sendiri dan apa yang orang lain katakan mengenai pribadi subyek. Identitas yang ada dalam diri seseorang adalah relatif tetap.
Identitasku adalah apa yang ada dalam diriku, apa yang aku miliki dan apa yang aku inginkan. Namun identitas dari luar lebih mudah berubah. Apa yang orang lain katakan tentang diriku bisa berubah setiap saat. Biasanya tergantung trend atau budaya setempat.
Karena di luar ada banyak perubahan, dengan berbagai macam sifat perubahan, maka identitas dari luar kemudian digantungkan pada apa yang sejauh ini bisa didengar dan dilihat. Artinya identitas itu hanya dilekatkan pada peran, bukan pada tujuan. Mengapa bukan pada tujuan? Karena tujuan adalah sesuatu yang lebih abstrak dibanding peran.
Masalahnya, apa yang ada di luar diri seseorang lebih mudah berubah dibanding apa yang ada dalam diri seseorang. Perubahan yang diluar diri dan ketidak singkronan dengan apa yang ada dalam diri seseorang, merupakan penyebab turbulensi identitas, yang umunya terjadi pada generasi milenial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI