Lihat ke Halaman Asli

Wawan Rhee

Founder Gardapati Link

PHK, Begini Solusinya di Era New Normal

Diperbarui: 25 Juni 2020   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

APD BUATAN UMKM KUDUS: Sejumlah penjahit menyelesaikan produksi alat pelindung diri di UKM Az Zahra Desa Loram Wetan Jati Kudus ini mampu dan sehari mampu membuat dua ratus unit pakaian. (DONNY SETYAWAN/Radar Kudus)

Empat bulan sudah bangsa kita terdampak pandemi virus corona Covid-19. Hingga sekarang, peningkatan jumlah positif tak jua melandai. Sektor perekonomian bangsa pun dihantamnya, dibuat porak-poranda. Efeknya memaksa industri mengurangi tenaga kerja. 

Diperkirakan, ada 47 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terpaksa gulung tikar. Per 20 April 2020, pemerintah melaporkan jumlah tenaga kerja yang dirumahkan maupun terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mencapai 2 juta orang. Jumlahnya belum seberapa jika dibanding data Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) yang menyebut angka yang jauh lebih besar, yaitu 15 juta jiwa.

Peningkatan lonjakan pengangguran tak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh dunia yang terpapar Covid-19 mengalami fenomena serupa. Termasuk negara-negara maju dan superpower. Ini semakin menambah keruwetan dengan segala ketidakpastian.

Tak dapat diprediksi, kapan wabah ini berakhir. Vaksin definitif yang diharapkan menjadi senjata pamungkas guna mengakhiri pandemic ini pun belum ditemukan. Termasuk geliat perekonomian, masih samar-samar kapan pulihnya. Kita pun hanya sebatas mengira-ngira. Semua menjadi tidak pasti.

Dalam situasi ketidakpastian, kita diminta melakukan perubahan tatanan baru yang disebut new normal. Sistem protokoler ini tak lagi sekaku seperti kebijakan pembatasan sebelumnya. Ini sekaligus menjadi momen bagi korban PHK bangkit dari keterpurukan.   

Bagaimana cara menghadapinya? Saya pernah mengikuti kelas online yang diampuh Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Prof. Rhenald Kasali. Beliau menganalogikan dalam era ketidakpastian terdapat dua jenis karakteristik. Tipe eksplorasi dan eksploitasi. Dua karakteristik ini diambil dari analogi dunia migas.

Jika Prof. Rhenald Kasali mengambil sudut pandang eksplorasi dan eksploitasi pada subjek dunia usaha. Saya justru melihat angle itu pada individual manusia yang terdampak PHK. 

Manusia eksplorasi adalah orang yang melakukan pencarian. Mereka mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu. Golongan seperti ini diperhadapkan pada ketidakpastian, apakah yang dicari benar ada atau tidak.

Dari satu tempat ke tempat yang lain mereka mencari sumber daya yang dibutuhkan, mempelajari setiap teritorial yang disinggahi. Hingga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, meski akhir pencariannya tak membuahkan hasil. Mereka frustrasi?

Tentu tidak. Saya melihat karakter ini terus menerus melakukan pencarian, melaksanakan penjelajahan hingga pada akhirnya mereka menemukan apa yang menjadi tujuannya.

Habit orang eksplorasi penuh dengan petualangan. Penjelajahan demi penjelajahan terus memberikan pengalaman berharga. Hal tersebut membuat mereka selalu menemukan pelajaran baru, tangguh dan tidak gampang menyerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline