Lihat ke Halaman Asli

Saat Palembang Nikmati Triliunan Rupiah, Petani Karet Malah Berjuang Bertahan Hidup

Diperbarui: 24 Maret 2016   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara sahabat dari sambungan telepon malam itu terdengar parau. Ia bingung pada kondisi ekonomi masyarakat di sejumlah kabupaten di Sumatera Selatan yang tak tahu kapan akan pulih.

Tahun 2016 sudah memasuki bulan ketiga, tetapi tanda-tanda perbaikan ekonomi belum kunjung terlihat. Masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel) yang selama ini banyak mengandalkan pendapatan dari penjualan karet sedang diujung tanduk. Tidak penting siapa nama sahabat itu. Bapak satu anak itu bingung pembiayaan mobil tempatnya bekerja beberapa tahun belakangan semakin merosot.

"Warga untuk makan saja susah. Harga karet jatuh. Apalagi mau beli mobil," ujarnya. Kondisi semakin parah dengan banyaknya konsumen yang tak sanggup bayar cicilan mobil. Terkadang ia juga tidak sampai hati dan berat untuk menarik mobil yang tidak lagi diangsur itu.

Ia lalu menyalahkan pemerintahan yang sekarang dikomandoi Presiden Joko Widodo. Hingga kini belum ada gebrakan dari wong deso itu untuk mendongkrak harga karet.

Aku masih ingat betul saat Joko Widodo datang ke Palembang kala pencalonannya menjadi presiden. Ribuan orang mengelu-elukan dan meneriaki namanya. Sosok baru yang diharapkan bisa mengubah kondisi ekonomi masyarakat. Di bawah Jembatan Ampera, sang calon presiden saat itu berjanji untuk mendorong pembangunan hilirisasi industri karet. Tujuannya karet-karet petani bisa diserap sehingga harganya tetap terkendali. Tidak seperti sekarang harga sangat susah menyentuh Rp5.000 per kg.

Tetapi belum ada yang terealisasi sampai sekarang. Kondisi yang dialami oleh warga di pedesaan sangat ironis dengan kondisi di Palembang. Pembangunan di ibu kota provinsi ini sangat bergeliat untuk menyambut Asian Games 2018.

Dana triliunan rupiah digelontorkan untuk pembiayaan Light Rail Transit, jalan tol, fly over, dan proyek lainnya. Jokowi beberapa kali menyambangi bumi sriwijaya dalam dua tahun ini. Hanya meninjau mega proyek itu, tanpa tahu kondisi sebenarnya warga di pedesaan.

Muara dari kesusahan ekonomi saat ini sudah jelas terlihat. Kejahatan di mana-mana. Bukan lagi memakai senjata tajam, penjahat sudah memakai pistol rakitan. Mereka juga tidak segan menghabisi nyawa orang-orang yang melawan.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline