Lihat ke Halaman Asli

Sehari Bersamamu

Diperbarui: 3 Maret 2024   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Sehari Bersamamu

Pukul 06.30,  Desember 2002

Bagi sebagian warga Bandung, Ibu kota Jakarta merupakan destinasi paling terdekat yang menawarkan berbagai fasilitas, aneka ragam menu wisata tersaji lengkap, baik wisata bisnis maupun wisata rekreasi. Sebagian penduduk Bandung biasanya berkunjung ke Ibu kota melakukan berbagai urusan, baik urusan bisnis atau hanya berakhir pekan saja. Seperti yang aku lakukan kali ini, mengurus bisnis ritaelku, sekaligus untuk berakhir pekan juga.

Tujuan dari Bandung ke Jakarta, dapat di tempuh dengan perjalanan jalur darat atau jalur udara, jalur darat bisa menggunakan mobil atau kereta api, pada perjalanan kali ini, aku menggunakan kereta api, bagiku menggunakan kereta api membuat kenyamanan tersendiri diperjalanan, jika menggunakan kereta api, jarak tempuhnya kurang lebih sekitar 3-3.5 jam.

Sedangkan tiket untuk rute Bandung- Jakarta itu, bagi orang yang sibuk sebenarnya, dapat dibeli dilayanan online, baik di traveloka atau yang menyediakan jasa yang sama. Tetapi bisa juga dibeli langsung di loket Stasiun. Sebenarnya tiket kereta api ini di tawarkan begitu murah, mulai dari Rp.80.000 hingga 110.000 untuk per-orangnya.

Seperti pada hari itu, saat aku sedikit tergesa-gesa, munuju Stasiun Bandung, untuk melanjutkan perjalananku ke ibu kota, melalui jalur darat menggunakan layanan kereta api Eksekutif Argo Parahyangan, dimana waktu keberangkatannya sekitar 06:30, tiba di Stasiun aku langsung menuju loket, membeli tiket tujuan, agak tergopoh-gopoh, karena efek  kesiangan, takut ketinggalan pemberangkatan. Karena aku tak sempat memesan tiket online.

Kemudian aku masuk ke gerbong, ketika tiket sudah di genggam, mencari tempat duduk, setelah ketemu, lalu aku duduk di nomor yang sesuai dengan tiket, posisinya sebelah pojok kanan, paling belakang, sejajar dengan toilet. Sesuai jadwal yang telah ditentukan, tak  lama setelah aku duduk, kereta perlahan meninggalkan kota kembang.

Sisa begadang semalam, terbawa juga ke perjalanan ini, mataku tak kuat aku tahan lagi, kantuk tidak bisa di tawar, kelopak mataku langsung menutup, aku terlelap tidur, pulas. Sementara sinar mentari pagi menerobos sela-sela jendela kaca, cahayanya tepat menimpa wajahku, namun sebagian mukaku tertutup masker yang sengaja aku pakai. Bukan karena anjuran pemerintah sebagai mana hari ini, karena wabah corona. Waktu itu, sebelum ada wabah corona pun, sudah jadi kebiasaan ketika bepegian kemana-mana, apalagi ketempat ramai banyak orang, pasti aku menggunakan masker.

 "Mas, Mas, permisi tiketnya..! Entah, sudah sampai mana..? aku tak tahu, aku terbangun dari lelapnya tidur, oleh kondektur untuk memeriksa tiket yang aku bawa, perlahan aku membuka mata, sedikit kesal, mengganggu tidur, pikirku.

"Ini pak", kataku singkat, kemudian ia periksa "iya, makasih ya mas", katanya. Aku tak menjawab, "lanjutkan mas" sahutnya. Beres tiket nya di periksa, Aku langsung tidur kembali. Tak peduli dengan orang yang ada di sampingku.

Pukul 08.00, Desember 2002

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline