Meniru bahagia ala Mr.Bean
Mr. Bean, siapa yang tak mengenalnya?, dia adalah salah satu tokoh yang diperankan oleh Rowan Atkinson, namanya makin berkibar karena tayang dalam beberapa serial di televisi swasta nasional, sangat melekat dengan karakter Mr. Bean adalah humoris, menyendiri, bisa mengatasi setiap masalah yang dihadapi, aneh bahkan kanyol.
Namun walau menampilkan karakter yang demikian, ternyata Mr Bean punya tempat di hati masyarakat, tanyangannya selalu di nanti-nantikan banyak orang. Entah karena sikapnya yang konyol itu atau sikapnya yang aneh? Tentu pemiarsa punya penilian tersendiri.
Kelihaian karakter yang di bawakan Mr bean begitu natural dan apa adanya, karakter itu begitu melekat, seakan sosoknya seperti itu, padahal itu hanya kebutuhan acting semata, terus apa yang harus kita tiru dan ambil pelajarannya dari karakter itu?.
Mr Bean dengan segala kemampuannya, dikondisi apapun bahkan dengan siapapun dia selalu mampu mengatasi setiap masalah yang dihadapai karena ada saja solusinya dan dia selalu menikmati setiap aktifitasnya itu.
Karakter lain dari Mr. Bean selalu menampakan dan menggambarkan sikap bahagia, padahal dia sendiri tidak mempunyai teman, sahabat ataupun kerabat, bahkan dia selalu menyendiri, kalaupun ada teman itu bukan mahkluk hidup (manusia) hanyalah sebuah boneka "Teddy" (boneka beruang), mungkin itu satu-satunya teman yang dimiliki olehnya, tetapi walau hanya itu yang dia miliki, namun dia tidak merasa kesepian.
Tetapi lain halnya dengan kita, sekalipun kita punya sahabat, keluarga, kerabat, tapi merasa kesepian dan kurang bahagia, lalu mencari kebahagiaan itu dengan berbagai aktifitas, baik itu dengan jalan-jalan atau kegiatan lainnya, semua itu dilakukan hanya untuk mendatangkan kebahagiaan yang terkadang menghabiskan nominal yang tak sedikit.
Bila kita meniru kebahagiaan ala Mr. Bean bahwa kebahagiaan, ketenangan ada dalam diri masing-masing dan bisa diciptakan sendiri, jadi untuk bahagia itu tidak membutuhkan orang lain, karena sekali lagi, kebahagiaan datang, ditemukan dan diatur oleh diri sendiri.
Selain itu, agama Islam mengajarkan bahwa untuk bahagia kita harus mempunyai perasaan qona'ah atau sikap merasa cukup dengan yang dimiliki, karena itu sejatinya adalah kunci bahagia, bila perasaan qona'ah sudah timbul dalam diri maka otomatis akan banyak mengucap rasa syukur atas segala yang telah diterima dan tentu akan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H