Lihat ke Halaman Asli

Lebaran, Sifat Konsumtif, dan Mudik

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13756909212114779761

Ketika Ramadhan hampir diujung bulan, semua muslim akan disibukkan dengan datangnya hari Idul Fitri atau biasa kita sebut dengan Lebaran. Apa yang ada dibenak kita ketika aroma hari Lebaran semakin dekat? Baju baru beserta akse

sorisnya, aneka kue lebaran, THR dan tentu waktunya mudik untuk sebagian orang.

Di pusat-pusat perbelanjaan ketika mendekati hari Lebaran saling menawarkan diskon besar-besaran yangmenarik konsumen untuk bersedia mengalokasi sebagian dana untuk ditukarkan dengan produk-produk yang berhubungan dengan hari raya. Berbagai cara dilakukan oleh pengusaha retail besar untuk mempromosikan beraneka ragam barang yang dibutuhkan dan mungkin dibutuhkan oleh konsumen untuk memeriahkan Lebaran, seperti tawaran potongan harga yang sudah dimulai sejak awal puasa, diskon 50%+30% untuk item tertentu yang biasa dilakukan oleh salah satu perusahaan retail ternama, mid night sale dan beberapa jenis promosi lainnya. Selain promosi dilakukan oleh pengusaha besar, para pengusahan kecil atau bahkan pengusaha dadakan pun tidak ketinggalan untuk ikut berperan aktif mencari keuntungandihari-hari mendekati Lebaran.

Pasar-pasar malam dan bazar-bazar muncul hampir diseluruh negara kita, dimulai dari kota sampai dengan daerah yang letaknya jauh dari kota. Bagi masyarakat yang tidak memliki kesempatan untuk mengunjungi dan kemampuan untuk membelanjakan uangnya di pusat-pusat perbelanjaan besar, pasar-pasar malam dan bazar adalah pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan dan rasa konsumtifnya. Barang-barang yang ditawarkan di pasar-pasar malam tidak kalah beraneka dengan pusat perbelanjaan. Pusat perbelanjaan memang menawarkan potongan harga yang besar, tapi di pasar malam juga menawarkan harga-harga yang murah dan tentunya bisa ditawar pula.

Sifat konsumtif yang diperlihatkan oleh masyarakat ketika Lebaran menjelang bukanlah dilakukan tanpa alasan. Kehidupan kota-kota besar di negara kita ini sebagai besar ditinggali oleh para pendatang yang mengadu nasib untuk mencari penghidupan di luar tempat kelahiran mereka yang notabene berasalah dari desa. Banyak barang-barang yang dibeli oleh para pendatang ini tentunya tidak hanya diperuntukkan atas nama pribadi saja, tapi mencoba berbagi rejeki hasil mengumpulkan selama setahun kepada sanak saudara di kampung halaman ketika waktu mudik tiba di hari Lebaran.

Budaya mudik yang sejak lama sudah menjadi ciri khan di Indonesia memang tidak terlepas dari banyaknya pendatang yang mencari nafkah di kota-kota besar. Mudik bukan hanya sekedar perpindahan penduduk secara besar-besaran dalam kurun waktu yang bersamaan saja, tapi memiliki arti lebih dari itu. Mudik adalah budaya memperat tali silaturahim antara para perantau dengan sanak saudara di kampung, pemerataan penghasilan dari kota ke desa, tumbuhnya perekonomian disepanjang jalur mudik dan aspek ekonomi lainnya. Mudik bahkan dijadikan alasan untuk melakukan perbaikan prasarana jalan yang dilalui oleh para pemudik.

Mudik dengan segala permasalahan dan keunikkanya sudah banyak menyita perhatian masyarakat, pemerintah dan media. Bagaimana tidak, pemerintah tampak bekerja keras untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat pemudik agar sampai di tempat tujuan dengan selamat. Media menjadikan budaya mudik ini sebagai sumber berita yang dapat meningkatkan rating penyiarannya. Media berlomba-lomba menyajikan berita-berita update yang terjadi baik menjelang dan sesudah mudik. Perusahaan-perusahaan besar tidak segan-segan memberikan sponsornya untuk dapat terlibat dalam budaya yang hanya terjadi setahun sekali ini. Masyarat yang dilalui oleh jalur mudik turut mengais keuntungan dengan terjadinya kemacetan kendaraan dengan menjajakan barang daganganya. Mudik tidak hanya menyajikan cerita-cerita yang unik saja, tapi cerita-cerita pilu yang dialami oleh para pemudik. Kecelakaan diwaktu mudik selalu saja terjadi dan menelan korban. Banyak faktor yang menyebabkan kenapa angka kecelakaan cukup tinggi ketika waktu mudik, mulai dari kondisi jalan, kondisi pengendara pribadi, kondisi angkutan umum bahkan mungkin juga cuaca. Tapi mudik masih akan tetap menjadi bagian dari budaya bangsa ini, mungkin saja mudik ini hanya terjadi di negara kita yang tercita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline