Lihat ke Halaman Asli

Wawan Darmawan

https://www.kompasiana.com/wawan24

Bayangan di Cermin Retak

Diperbarui: 6 Agustus 2024   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PIXABAY

Alya menatap dalam-dalam cermin kamarnya yang retak. Garis-garis retakan menyebar seperti akar pohon tua, membelah wajahnya menjadi pecahan-pecahan yang tidak utuh. Ia selalu merasa ada yang janggal dengan bayangannya di cermin itu.

Sejak kecil, Alya memiliki firasat aneh. Kadang-kadang, ia melihat bayangannya bergerak sendiri, tersenyum dengan senyum yang tidak pernah ia buat, atau bahkan berbisik kata-kata yang membuat bulu tengkuknya merinding. Terutama ketika bulan purnama, bayangannya tampak lebih hidup dan nyata, seolah-olah itu adalah sosok lain yang terjebak di balik kaca.

Malam ini, bulan purnama bersinar terang menerangi kamar Alya. Ia kembali berdiri di depan cermin, jantungnya berdebar kencang. Bayangannya tersenyum miring, matanya berkilau aneh. Alya mencoba menyentuh bayangannya, namun tangannya hanya menembus permukaan kaca.

"Siapa kamu?" bisik Alya, suaranya gemetar.
Bayangan itu tidak menjawab, hanya terus tersenyum. Lalu, perlahan-lahan, bayangan itu mulai berubah bentuk. Wajahnya menjadi lebih pucat, matanya semakin dalam, dan rambutnya memanjang hingga menyentuh lantai. Alya mundur selangkah, ketakutan.

Alya tertegun dari bahwa selama ini ia selalu berusaha menyembunyikan sisi gelap dirinya. Ketakutan, kecemasan, dan kemarahan yang ia pendam dalam hati perlahan-lahan membentuk sosok bayangan yang menyeramkan di cermin.

"Aku tidak mau menjadi seperti kamu," ucap Alya dengan tegas.

Bayangan itu tertawa terbahak-bahak. "Tidak semudah itu, Alya. Kita adalah satu."

Alya memejamkan mata, berusaha mengabaikan bayangan itu. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu membuka matanya kembali. Bayangan itu masih ada di sana, namun kali ini Alya tidak merasa takut lagi. Ia menatap dalam-dalam ke mata bayangannya, lalu berkata dengan lembut, "Aku menerima semua bagian dari diriku, termasuk kegelapannya."

Seketika, bayangan itu mulai memudar. Garis-garis retakan pada cermin semakin lebar, lalu pecah berkeping-keping. Ketika Alya membuka mata, cermin di hadapannya sudah hancur berkeping-keping.

Alya tersenyum lega beban berat telah terlepas dari pundaknya. Ia menyadari bahwa ketakutan terbesarnya selama ini adalah dirinya sendiri. Dengan menerima semua bagian dari dirinya, ia akhirnya bisa menemukan kedamaian batin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline