Lihat ke Halaman Asli

Wawan Darmawan

https://www.kompasiana.com/wawan24

Dalam Pelukan Kegelapan Desa Terpencil

Diperbarui: 28 Desember 2023   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pxfuel

Dalam sebuah desa terpencil yang dipenuhi aura misteri, malam gelap merayapi sudut-sudutnya. Dito, seorang pemuda berani, memutuskan untuk menyelidiki rumah tua di ujung desa yang dikenal sebagai tempat penuh kisah mistis. Saat langkahnya menapaki ambang pintu, atmosfer berubah drastis. Foto-foto keluarga yang tampak pucat menggantung di dinding, menciptakan ketidaknyamanan yang tak terucapkan.

Begitu Dito mencapai ruang bawah tanah yang gelap, atmosfer semakin menegangkan. Lampu mati, dan suasana didominasi oleh suara langkah bayangan tak terlihat. Boneka-boneka tua yang menggantung seperti penjara roh-ruh gentayangan menciptakan suasana mencekam. Keringat dingin menutupi tubuh Dito saat ia merasakan tawa anak-anak yang tak terlihat di sekitarnya.

Malam itu berubah menjadi mimpi buruk ketika boneka-boneka itu cobalah meraihnya, dan wajah-wajah mengerikan menampakkan diri. Pintu ruang bawah tanah tertutup tanpa ampun, dan suara-suara angker mengisi ruangan. Dito, terperangkap dalam kenyataan gelap dan mengerikan, berusaha memahami batas antara nyata dan khayalan.

Tanpa peringatan, mayat-mayat keluarga yang dulu tinggal di rumah itu bangkit dan menghadang Dito. Suara-suara jeritan yang tak terlupakan menciptakan medan perang kegelapan. Dalam puncak kekacauan, roh jahat yang terperangkap selama ini lepas, memenuhi ruangan dengan aura kehancuran.

Pintu-pintu dan jendela-jendela terbuka, membiarkan suara-suara dari masa lalu menghantui setiap sudut. Dito terhanyut dalam pusaran mimpi buruk, mencoba melawan cengkeraman roh jahat yang merayapinya. Rumah tua itu menjadi panggung tragedi horor, di mana nyawa dan kematian bersatu dalam tarian kegelapan yang tak terlupakan. Momen terakhir Dito yang terenggut oleh kegelapan melahirkan kisah menyeramkan yang akan terus menghantuinya dan desa terpencil itu selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline