Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat modern, memungkinkan orang untuk bergerak dengan mudah dan efisien, serta mendukung aktivitas ekonomi dan sosial. Namun, krisis transportasi publik yang melanda banyak kota dan daerah di Indonesia saat ini, telah mengubah transportasi menjadi salah satu sumber masalah utama. Kemacetan, polusi udara, dan ketidaknyamanan dalam menggunakan transportasi publik telah menjadi krisis, fenomena krisis kepercayaan, mempengaruhi kualitas hidup masyarakat dan lingkungan.
Angkutan umum mobil yang lebih dikenal dengan angkot merupakan salah satu moda transportasi umum yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Di era tahum 1990 an hingga tahun 2000 an, angkot merupakan salah satu primadona masyarakat dalam melakukan perjalanan rutinitas kerja ataupun kegiatan lain yang berjarak terbatas. Angkot masih mendominasi transportasi umum karena harga yang terjangkau mengalahkan ojek dan belum populernya taksi serta belum adanya angkutan nerbasis online.
Realitas Masalah
Seiring kemajuan teknologi serta tidak adanya perubahan signifikan dari manjerial angkutan umum angkot, kini banyak pesaing baru dengan harga yang lebih terjangkau dan pelayanan yang mudah, aman dan nyaman seperti ojek dan mobil berbasis online, sehingga dengan sendirinya antusiasme masyarakat dalam menggunakan angkot semakin menurun.
Selain itu banyak faktor lain mengapa hal ini terjadi, perilaku masyarakat yang saat ini cenderung mengandalkan kendaraan pribadi, sehingga pertumbuhan pengguna motor yang tidak terkendali yang berdampak pula pada kemacetan.
Harus diakui faktor kenyamanan, kursi yang tidak empuk, panas tidak ada AC, tidak tepat waktu, menunggu lama, penumpang yang berjejal, dan keamanan membuat masyarakat enggan naik angkot. Hal ini pula bisa menyebabkan mereka menggunakan kendaraan pribadi baik motor ataupun mobil. Dengan harga kendaraan yang terjangkau dan kemudahan kredit, banyak masyarakat yang beralih dari menggunakan angkutan umum ke menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini berdampak pula pada peningkatan jumlah kendaraan di jalan, sehingga memperburuk kemacetan dan polusi udara.
Andriansyah menjelaskan terdapat empat hal yang bisa jadikan tolok ukur dalam melakukan evaluasi sederhana kondisi transportasi kita, yaitu: keselamatan, keamanan, keterjangkauan, dan kenyamanan.
Upaya Mengatasi Krisis Angkot
1. Angkot Berbasis Teknologi yang Inovatif
Kemajuan teknologi saat ini yang terus berkembang harus merepresentasikan diri terhadap semua bidang, termasuk transportasi umum angkot. Mau tidak mau angkot harus beradaptasi dengan teknologi seperti kereta api dan transportasi lainnya agar masyarakat mau kembali menggunakan angkot.