Lihat ke Halaman Asli

Berkompasiana Sebuah Keniscayaan

Diperbarui: 19 Desember 2015   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pesona Menakjubkan: Irwan Thahir Menakjubkan - Menyalurkan uneg-uneg lewat menulis adalah hal yang paling mengesankan di Kompasiana. Alangkah senangnya bila karya yang sudah ditampilkan mendapat pembaca dan komentator. Apalagu kalau tulisan itu masuk dalam deretan rating atas: Wow!

Tulisan yang disebarkan tidak tanggung-tanggung dari segi jumlah dan tingkat rutinitasnya. Tugas pokokkeseharian dan perhatian kepada keluarga beralih jadi sampingan. kompasiana menjadi magnet candu. Hal seperti ini lumrah, cuma perlu ada jeda untuk merenung seraya berintrospeksi - menata keseimbangan semua bidang.

Pernyataan terbuka akan kita terima, berkompasiana hanya sekadar gaya hidup. Membangun jalinan dan jaringan seraya membangun wacana terbaik untuk perbaikan adalah hal yang baik. Tapi di permukaan Kompasiana belum bisa bermain peran utama dan "full fighter".

Sayangnya momen sebesar kompasinival 2016 tidak bisa menyambangi pesan dan peran strategis disaat mendapat langsung punggawa nomor satu RI. Malah yang rame dibicarakan adalah "perseteruan" oknum admin yang memasang "orang tertentu" unruk hadir makan siang bareng dengan Pak Jokowi. Ada baiknya juga muncul polemik puncak hubungan kedalam anatar sesam pengguna media sodial terbear di Indonesia. Hal ini memberi gambaran untuk penataan lebih baik pasca Kompasinival 2015 dan waktu panjang kedepan.

Ada titik lemah yang masih mendasari rumah Kompasiana. Menjelang 5 tahun berkompasiana saya masih kuat berpegang memiliki brand Kompasiana' Sharing and Connecting'. Selebihnya saya baru bisa mendapat pegangan teknis bagaimana menulis dan dampaknya dari 2 buku Pepih Nugraha. Ikut Learning Blogging, kopdar dan 2 kali Kompasianival membuat saya harus melepas dari dari berpikir maju Kompasiana hanya dengan berdasar keniscayaan

Siapa tahu Kompasiana tidak hanya 'terlalu" lama asyik dan terlena dengan tawaran iklan -  untuk dihabiskan hanya dalam paket seremonial. Pada tahun 2016 Kompasianiival tidak lagi (hanya)melulu di Jakarta. Kompasianival dibuat dalam zona wilayah (3 atau 4 wilayah). Saya sendiri menyaksikan langsung di Makassar- banyak potensi Kompasiana bisa berkembang akhirnya jadi layu - nampaknya kompasianer di Makassar jadi mati suri.

Kompasiaival harus dijalani dengan cara otonom. Pep dan Isjet sudah selayaknya punya platform Kompasinival Zona. Pengalaman OC da SC beberapa kali akjang Kompasina sudah bisa ditularkan kepada otonom zona (daerah). Nama besar Kompasina lewat Kompasianival 2015 sudah menjadi pemicu utnuk merambah zona daerah. Kalau sudah ketemu Presiden RI,lalu mau ketemu siapa lagi? Pemberian dan pembiaran kreatiitas dan inovasi membangun Kompasiana di daerah saatnya didampingi.  

Coba Kompasiana mengundang atau mendatangi perwakilan zona daerah  untuk membicarakan ide ini. Kalau tidak, saya akan mengantarkan konsep saya ini ke lantai 6 di Palmerah Jakarta.       




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline