[caption id="attachment_207909" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama Buya Syafi"][/caption] Barangkali terasa sulit untuk mencari padanan tokoh di Indonesia yang mampu menjawab pas dengan mengaitkan penistaan Nabi Muhammad SAW lewat karya Nakoula Basseley(SamBacile), sutradara The Innocent of Muslims. Pilihan say ajatuh pada mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah,Ahmad Syafi'i Ma'arif.Untunglah foto bersama "Buya",panggilannya, membuat saya cepat mencari refrensi yang pas dengan kontroversi film yang menghebohkan itu. Saya mengikuti kegiatan World Peace Forum di Hotel Suiltan Jakarta pada 2008. Pada kesempatan itu saya melihat Buya sangat sederhana, penampilan kesehariannya tidak menggambarkan kalau dia adalah termasuk tokoh bangsa. Abdul Muti'i, kini Sekretaris Pusat Muhammadiyah yang mempersilahkan saya duduk bersebelahan dengan kolom dan artikenya yang panas diberbagai media. Sebagai pemain tunggal dan mengklaim sebagai satu-satunya piliohan bagi umat manusia dimasa depan. Nasmun,apakah dunia ini semakin beradab atau bahkan yang terjadi sebaliknya, semakin biadab? Kita harus memobilisasi seluruh kekuatan beradab dari mana pun asalnya untu melumpuhkan kekuatan biadab, siapa pun yang melakukan. Kolom Buya di majalah Tempo 17/11/2001 ini diarahakan kepada pelaku penyerangan WTC 11 September tahun 2011,namun disini saya reflekskan dengan keadaan pelecehan nama baik Nabi Muhammad SAW dan perlakuan balasan dari kaum muslimin sejagad. Ujian Bagi Ummat Islam Pergolakan tuntutan kepada pelaku gerakan ekstrimis lewat film Innocent of Muslim sebaiknya tidak perlu sampai kepada perlakuan serangan dengan menggunakan roket hingga menewaskan 4 warga AS di Libya, 1 diantaranya adalah Christopher Stevens, Dubes Amerika Serikat untuk Libya. Tanggapan atas penutupan gedung Kedubes dan perlu perubahan paradigma pemikiran (bebas ) di AS bermunculan dari Usman Hamid, Hidayat Nur Wahid, dan Pengurus NU. Semoga ummat ISlamdapat menahan diri dan sabar menghadapi ujian. Sebagai seorang muslim,saya pun tidakboleh tinggaldiam. Salah satu upaya yang saya lakukan untuk membuka peluang berkomunikasi dengan berbagai pihakl adalah dengan melakukan diplomasi bola. Ternyata dari hal yang sangat keseharian dapat menjadi media. Tentunya berbagai pihakl saat ini sedang menata keharmonisan silaturrahmi. Namanya juga usaha. Bukti foto-foto dibawah bisa jadi bahan pertimbnagan untuk kita berdiskusi lanjut.
Bukan hanya connecting,tapi juga sharing [caption id="attachment_207894" align="aligncenter" width="300" caption="Belajar Berdiplomasi (Dok ITM)"]
[/caption] Berbekal keberanian bergabung [caption id="attachment_207895" align="aligncenter" width="300" caption="Membuka Diri (Dok ITM)"]
[/caption] Isu aktual yang berlaku global [caption id="attachment_207898" align="aligncenter" width="300" caption="impinan Lembaga Cheng Ho (Dok ITM) "]
[/caption] Menjalin hubungan dengan kemauan [caption id="attachment_207899" align="aligncenter" width="300" caption="Berbagai Utusan Negara (Dok ITM)"]
[/caption] Mencarii celah issu sepak bola (Piala Champion) [caption id="attachment_207902" align="aligncenter" width="300" caption="Bersilaturrahmi global (Dok ITM) "]
[/caption] Berada diantara semua [caption id="attachment_207904" align="aligncenter" width="300" caption="Diskusi Meja Bundar (Dok ITM) "]
[/caption] Saya pun tidak sadar kalau keikutsertaan saya di event itu tuidak sebandingb dengan posisi saya sebagai guru MTsN Batumerah Ambon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H