PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK
Waviq Azizah
Waviqazizah160402@gmail.com
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi terpenting bagi manusia.Bahasa yang dimiliki oleh manusia ini bersifat dinamis,sehingga bahasa tersebut selalu mengalami perkembangan secara terus-menerus. Bahasa adalah alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir. Keterampilan berbahasa seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama mereka, yang sering disebut sebagai bahasa ibu mereka. Mempelajari bahasa adalah proses yang sangat panjang, karena seorang anak tidak mengetahui suatu bahasa sampai dia menguasainya. Pemerolehan bahasa merupakan proses yang terjadi pada otak anak ketika mereka memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya (Fatmawati, 2015).
Menurut Dardjowidjojo (2008), istilah pemerolehan ini digunakan untuk menerjemahkan pemerolehan bahasa Inggris, yang diartikan sebagai pembelajaran bahasa alami seorang anak sambil mempelajari bahasa ibunya. Chaer dan Agustina (2014).
Ellis dalam Chaer (2002:242) menyebutkan bahwa ada dua jenis tipe pembelajaran bahasa di kelas, yaitu naturalistik dan formal. Pertama, tipe naturalistik adalah alami, tanpa guru, dan pembelajaran yang tidak disengaja terjadi di lingkungan sosial. Ada banyak tipe naturalistik dalam masyarakat bilingual dan multilingual. Mempelajari bahasa menurut tipe naturalistik ini sama prosesnya dengan pemerolehan bahasa pertama, yang dilakukan secara ilmiah, sehingga pembelajaran bahasa berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. Kedua, pembelajaran bahasa formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, bahan dan alat disiapkan, pembelajaran bahasa jenis ini disengaja atau disadari, pembelajaran bahasa formal seharusnya lebih baik daripada pembelajaran naturalistik, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Ada berbagai alasan atau faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa. Nurhadi (dalam Char 2002:144) Meskipun penelitian tentang metodologi pembelajaran bahasa kedua (atau bahasa asing) bersifat jangka panjang dan melibatkan banyak upaya, hal itu tidak mengubah cara orang belajar bahasa secara signifikan.
Woozley di sebuah majalah internasional bernama Language Acquisition and the Communicative Approach menyatakan bahwa, "learning a language was seen as a process of habit formation resulting from input and positive reinforcement of correct habits, negative reinforcement of mistakes. The learner was a blank canvas who learned a language as a set of habits through imitation. Mistakes were seen as unwanted interference from the habits acquired with the learner's first language."
Artinya belajar bahasa adalah proses pembentukan kebiasaan yang merupakan hasil masukan dan kebiasaan yang memperkuat kebenaran positif dan penguatan negatif kesalahan. Seorang anak adalah kanvas kosong dalam pembelajaran bahasa melalui peniruan sebagai keseluruhan kebiasaan. Kesalahan dipandang sebagai gangguan yang tidak diinginkan dari kebiasaan bahasa ibu anak.
Suci Ratna Fatmawati (2015:66) menjelaskan beberapa teori yang menjelaskan pemerolehan bahasa, yaitu:
1. Teori Behaviorisme
Teori behavioris menekankan perilaku bahasa yang dapat diamati dan diteliti secara langsung hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Perilaku bahasa yang efektif adalah respons yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini biasanya adalah reaksi ketika termotivasi. Misalnya, seorang anak mengucapkan kata "mungkin" "katakan" ibunya atau orang lain pasti akan mengkritik anak tersebut setelah mendengar kata tersebut. Situasi seperti itu disebut respons yang tepat terhadap rangsangan dan sangat penting untuk mempelajari bahasa pertama.
2. Teori nativisme Chomsky
Teori ini didukung oleh nativisme. Menurutnya, seseorang hanya bisa menguasai bahasa manusia, hewan mungkin tidak dapat menguasai ucapan manusia. pendapat Chomsky berdasarkan beberapa asumsi. Pertama, perilaku linguistik adalah sesuatu seperti ini turun-temurun (genetik), setiap bahasa memiliki model perkembangan yang sama (yaitu sesuatu yang universal), dan lingkungan memainkan peran kecil dalam proses pematangan Bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan ucapan anak mungkin tidak memberikan informasi yang cukup untuk menguasai tata bahasa lebih kompleks daripada orang dewasa. Menurut arus ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit,jadi tidak mungkin dikuasai dengan cara "meniru" dalam waktu singkat.