Setelah pulang ke Indonesia senang rasanya bertemu teman teman yang sudah lama tidak bertemu. Dari tiap pertemuan yang saya sambangi, topik yang selalu hadir membumbui pembicaraan di setiap temu kangen adalah Uber taksi. ya uber taksi mendadak sering mampir ke kuping saya belakangan ini. bagaimana tidak bisnis transportasi online ini menjanjikan keuntungan yang menggiurkan dan pengalaman yang luar biasa bagi penggunanya. kira kira begini suasananya waktu saya lagi ngobrol-ngobrol. dari depan saya seorang teman membuka topik, "menurut gw uber itu jenius mobilnya anti mainstream dan gw rasa ini merupakan socialpreunership karena dia nggak hanya menyejahterkan perusahaaannya aja tapi juga menyejahterakan orang orang yang mau join di dalam bisnisnya. "iya iya iya" sahut lagi dari sebelah kiri saya, iya bener banget minggu lalu gw naik uber lo tau siapa yang nyupirin gw? manager bank **** untung gw pake uber karena setelah kita ngobrol ngobrol panjang dia setuju bantuin aplikasi KPR buat klien gw. terus gw berpikir gak mungkin banget gw bisa ketemu manager kalau naik bluebird. sahut lagi dari kanan, lo tau Ratna kan?? dia kenal si buyung kan dari uber si buyung itu kerja di pertambangan dia nyupir uber pas lagi cuti aja di jakarta eh akhirnya mereka jatuh cinta. dan masih banyak lagi kisah inspiratif mengenai uber. saya belum bisa berkomentar karena belum pernah naik Uber di Jakarta.
Saya juga punya pengalaman dengan uber di Roma Italia. waktu itu saya dan teman saya nongkrong di pusat kota nemenin orang Indonesia lagi berkunjung yang lagi berkunjung ke Roma mau minta tolong kita memandu rombongan tur yang dia bawa dari indonesia tapi karena malam itu ngobrolnya begitu seru kita akhirnya lupa waktu dan akhirnya tersadar kalau jam sudah menunjukan pukul 2 pagi dan metro (kereta bawah tanah) sudah tidak ada lagi. Si tamu nanya kita pulang gimana nih? trus, teman saya nyahut kita naik uber aja dah. dia mulai utak atik smartphonenya dan tiba tiba dia nyeletuk nah berhasil 15 menit mobilnya dateng Mercy abu abu. dan bener loh ontime 15 menit si mobil dateng.
Besok hari nya kita berangkat lagi nemuin orang yang sama. cuma karena malemnya kita pulang terlalu lama dan gak punya waktu tidur yang cukup akhirnya kita bangun kesiangan. keluar rumah teman saya langsung naik taksi konvesional. trus saya nanya bos kok gak naik uber? wah ngapain naek uber lama gak keburu kita janjian 30 menit lagi gak keburu. ini untung ada taksi nongol. meskipun sedikit lebih murah dari taksi konvensional akhirnya uber nggak menjadi pilihan buat warga Roma di saat kepepet. gimana kalau nggak kepepet? ya tetep naik angkot (metro, bus, trem) cepat, murah, nyaman dan aman.
Minggu lalu saya berkunjung ke Pulomas ketempat paman saya. ketika mau pulang ke ciputat karena udah terlalu malam untuk naik angkot dan saya juga tidak bawa kendaraan saya putuskan untuk naik taksi konvesional yang mangkal di ujung komplek paman saya, padahal paman saya sudah menawarkan saya untuk dipesankan uber lewat akunnya tapi saya kekeuh pulang dengan pak Hambali (sambil ngomong dalam hati Cash is King) yang pas saya samperin masih tidur di taksinya. Setelah si supir menekan tombol argo obrolan saya awali dengan pertanyaan pul nya dimana pak? dan obrolan panjang pun dimulai , dari kali jodo digusur, Mr tarigan sang mafia tanah jakarta (jujur saya baru tahu saat itu) pokoknya Mr hambali banyak cerita. sampai dia cerita tentang taksinya yang kurang setoran dan nyahut ke saya sambil ngelirik bangga di kaca spion tengahnya "tinggal dua kali bayar lagi bang!. ternyata mobil putih ber plat kuning yang saya dudukin saat itu segera bakal jadi milik dia. langsung buru buru saya respon wah berarti saya ikutan nyumbang dong pak. dan saya akui perlakukan pak hambali kepada saya benar benar mantap dia menawarkan banyak opsi jalan tol supaya ongkos saya lebih murah, dan ternyata betul Cash is King.
Sekarang hampir tiap hari TV nyiarin supir taksi pada demo. pendapatan mereka menurun karena kalah keren dengan taksi online. dan selalu dikatakan pemerintah belum bisa mengambil keputusan soal online taksi. kalau ngeliat Roma Uber tetap punya pesaing tangguh Trem, taksi, metro, dan bus mereka bisa berkompetisi dengan seru karena semuanya sama sama keren tinggal pengguna yang memutuskan dengan berbagai pertimbangannya.
Uber di Indonesia ibarat tim sepak bola Juventus dengan susunan pemain terbaiknya turun bermain melawan tim tim sepak bola Serie C dimana perlu kekuatan ekstra dan keberuntungan untuk melawan atau mengalahkannya. kalau Jakarta merupakan sebuah arena pertandingan, pemerintah harus mampu mengatur siapa lawan yang pas untuk Pak Hambali. arena pertandingan yang baik harus menyajikan lawan yang sepadan dengan menyediakan transportasi transportasi yang baik, atau untuk saat ini taksi online belum boleh beroperasi sebelum MRT dijakarta selesai dibangun atau tarif taksi harus sekian atau ada pajak khusus untuk uber atau kebijakan apapunlah yang baik untuk semua pihak. mengatur bukan berarti melarang bermain.
yang menjadi harapan saya adalah Jakarta bisa sejajar dengan Roma di mana warganya punya pertimbangan pertimbangan yang unik. kenapa harus naik taksi kan ada uber, kenapa harus naik Uber kalau MRT lebih murah atau Kita gak ada waktu lagi kalau naik uber Kita naik taksi aja lebih cepat!! karena begitu banyak pilihan yang baik akhirnya setiap moda transportasi publik tetap dengan bangga bisa mengatakan kepada pelanggan Uberlah daku, kau Kutangkap!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H