Topeng Kehidupan
Dalam keramaian, aku berjalan sendiri,
Dengan topeng beraneka, tak henti beraksi
Bermain peran, seolah lahir sempurna,
Namun di hati, rasa kosong menggema
Senyum palsu di cermin, selalu ku bawa,
Menjadi siapa, melupakan jiwa
Berperan jadi sahabat, jadi pahlawan,
Hingga jadi beban berat, dan kepenatan
Penuh harapan, ku gali mimpi,
Namun bayang diri terbenam dalam sunyi
Absurd dalam jebakan, semua terasa kelam,
Berkejaran dengan ilusi, sampai jiwaku terdiam
Kapan ku berani, untuk kembali ke sana?
Menjadi diri, tanpa rasa berdosa
Satu langkah kecil, menyingkap topeng,
Menemukan kembali, aku yang hilang
Mungkin langkah ini, takkan mudah ku jalani,
Namun kuasa diri, kini mulai ku percayai.
Setiap retakan, adalah bagian dari cerita,
Menerima diri, adalah pelukan pertama.
Puisi ini adalah refleksi jiwa yang terkurung di balik topeng, menjalani hidup dalam peran yang bukan dirinya. Seperti senyum palsu yang dipantulkan dalam cermin, ada keinginan untuk menemukan kembali diri sejati yang hilang dalam keramaian. Ini adalah perjalanan menuju penerimaan, menyingkap ilusi dan mengungkapkan harapan di balik segala kepenatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H