Lihat ke Halaman Asli

Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.A.8

Diperbarui: 1 September 2023   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1.a.8

REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

WATI PABALIK_CGP ANGKATAN 9

Guru adalah profisi yang sangat mulia. Perlakuan guru terhadap siswa terkadang tidak memberikan kebebasan untuk bereksplorasi dalam pengembangan pengetahuan bakat dan minat siswa

Akhirnya siswa kurang meminati mata pelajaran tertentu. Semangat untuk belajarnya menjadi berkurang ataupun melakukan hal-hal yang bertentangan dengan segala aturan yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan pola pembelajaran yang kreatif, inovasi, menyenangkan dan berpusat kepada peserta didik (Student Centre).

Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus terus belajar, mengembangkan diri dan mengasah kemampuan dengan berbagai hal, baik secara individu, komunitas pembelajar ataupun memanfaatkan teknologi dan informasi serta mengikuti program yang telah dirilis oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, salah satunya adalah "Guru Penggerak".

Pendidikan Guru penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, yang mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.

Proses Pendidikan Guru penggerak ini, khususnya pada modul 1.1 kegiatan pembelajarannya difokuskan kepada Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, sebagai bapak Pendidikan Indonesia yang mempelopori cikal bakal kemerdekaan pendidikan di Indonesia yang telah berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan yaitu "Perguruan Taman Siswa"

Dalam dunia pendidikan di kenal semboyang Ki Hajar Dewantara yaitu:

  •  Ing ngarso sung tulodo, di depan memberi contoh atau menjadi panutan. Seorang guru harus memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, sesama guru dan seluruh warga sekolah dan masyarakat pada umumnya
  •  Ing madya mangun karsa, di tengah membangun semangat atau ide. Dari tengah seorang pendidik harus mampu membangun semangat, menciptakan ide atau berkarya dan berinovasi di lingkungan tempat kerjanya atau di tempat tinggalnya.
  • Tut wuri handayani, dari belakang memberikan dorongan. Seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan, motivasi, arahan dan penyemangat kepada seluruh warga sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama" . Kedua kodrat ini berkaitan dengan dengan nilai-nilai dan sifat-sifat kemanusiaan peserta didik. Ki Hajar Dewantara hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Ki Hajar Dewantara menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Berdirinya Taman Siswa pada tahun 1920 oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) menjadi salah satu gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan yang awalnya hanya ditujukan untuk pembantu kolonial dengan tujuan kepentingan usaha dagang Kolonial Hindia Belanda, dialihkan menjadi pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline