Saham merupakan instrumen keuangan yang menandakan kepemilikan seseorang atau entitas dalam sebuah Perusahaan, menjadikannya bagian dari perkembangan dan kesuksesan bisnis tersebut. Pemegang saham berhak memperoleh Sebagian dari keuntungan Perusahaan, biasanya dalam bentuk dividen, serta memiliki hak suara dalam menentukan keputusan strategis melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). Saham dapat berupa selembar kertas yang menjadi bukti sah bahwa pemegangnya adalah pemilik dari Perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Kertas ini lebih dari sekedar dokumen, melainkan simbol kepemilikan yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk terlibat dalam pembagian keuntungan dan proses pengambilan keputusan Perusahaan.
Sebagai pemegang saham, seseorang memiliki klaim atas kesuksesan dan arah perkembangan Perusahaan yang menerbitkannya. Saham diperdagangkan di pasar modal, dengan harga yang dapat berubah-ubah mengikuti kinerja Perusahaan dan kondisi pasar. Meskipun menawarkan potensi keuntungan, pemilik saham juga harus siap menghadapi risiko kerugian akibat fluktuasi harga saham yang tidak dapat diprediksi. Seperti fenomena yang terjadi pada anjloknya saham Nike sebesar 20%. Penurunan saham Nike, pabrikan asal Amerika Serikat, disebabkan oleh semakin banyaknya merek-merek baru yang bermunculan. Beberapa pesaing baru Nike antara lain On yang berasal dari Swiss dan Hoka, yang merupakan produsen asal Prancis. Anjloknya saham Nike mengakibatkan Perusahaan kehilangan US 28,41 miliar dari penilaian pasar, dengan proyeksi pendapatan fiskal 2025 yang jatuh. Nike mengurangan pasokan, termasuk Air Force 1, dan memotong biaya US 2 miliar. Mereka juga meluncurkan Sepatu dengan harga di bawah US 100 untuk menarik konsumen yang sensitif terhadap harga. Pangsa pasar Nike di AS terus menurun, dari 35,40% pada 2021 menjadi 34,97% pada 2023 (cnn.indonesia).
Oleh karena itu, penilaian saham jauh lebih kompleks dibandingkan penilaian obligasi. Dalam konteks saham Nike, tujuan penilaian saham adalah untuk mengukur seberapa besar potensi return yang dapat diperoleh dari saham tersebut, serta apakah tingkat return yang dihasilkan sesuai dengan ekspetasi investor, terutama mengingat penurunan yang signifikan pada nilai Perusahaan ini. Penilaian saham yang cermat sangat penting untuk memahami potensi return dan risiko yang terlibat dalam investasi. Meskipun lebih kompleks dibandingkan penilaian obligasi, analisis yang tepat terhadap kondisi pasar dan kinerja Perusahaan dapat membantu investor membuat keputusan yang lebih baik. Dengan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi harga saham, investor dapat memaksimalkan peluang dan mengurangi risiko dalam berinvestasi di pasar saham.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H