Lihat ke Halaman Asli

Wati Herawati

Mengajar di SMP Negeri 37 Bandung. Aktif menulis di Majalah Pendidikan Kota Bandung (Majalah Geliat Gemilang), Menulis Kumpulan Puisi Guru SMP Bunga Bangsa, Menulis Novel Riak-riak Renjana, dan aktif menulis di media sosial lainnya.

Jurnal Refleksi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada murid

Diperbarui: 13 Maret 2024   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bagi Guru Penggerak atau Calon Guru Penggerak mungkin tidak asing lagi dengan Jurnal Refleksi Dwi Mingguan. Ya, itulah salah satu tugas yang harus dibuat oleh Calon Guru Penggerak dua minggu sekali. Dalam pendidikan guru, khususnya pendidikan Guru Penggerak, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian. 

Dengan refleksi dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). 

Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018),

sehingga Guru dapat semakin mengenali diri sendiri.

Ada beberapa model refleksi. Di antaranya Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future), Model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL), Model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi), Model (Papan cerita reflektif - Reflective Storyboard), Model Connection, challenge, concept, change (4C), Model Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R), Model Segitiga Refleksi, Model Driscoll, dan Model Gaya Round Robin.

Pada modul 3.3 kali ini, saya akan membuat jurnal refleksi dwi mingguan dengan Model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL) . Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009). Untuk membuat refleksi model ini, saya menuliskan penjabaran dari pertanyaan panduan berikut:

- Description: Deskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana);

- Examination: Analisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya;

- Articulation of Learning: Jelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang.

Refleksi Jurnal Dwi Mingguan Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Kami di kelas 09.150 Jabar dengan Fasilitator Ibu Angga Citra Mahardika. Pengajar Praktik Ibu Sumarni dengan Calon Guru Penggerak di antaranya saya, Bu Rani, Bu Eni, Bu Rosi, Pa Johar, dan Pa Dindin. 

Sedangkan Pengajar Praktik Pak Weng Riyanto dengan Calon Guru Penggerak di antaranya Bu Tutik, Bu Dian, Bu Lingga, Bu Nurul, dan Pa Ikhsan. Kami belajar dan berkolaborasi baik melalui LMS atau melalui Google Meet. Kegiatan kami diawali dengan Freetest pada 1 Februari 2024 kemudian hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan Mulai Dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolabaorasi Diskusi Kelompok, Ruang Kolaborasi Presentasi Kelompok, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. Dalam ruang kolaborasi kami membuat program yang berdampak positif pada Murid secara berkelompok kemudian dipresentasikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline