Lihat ke Halaman Asli

Wati Herawati

Mengajar di SMP Negeri 37 Bandung. Aktif menulis di Majalah Pendidikan Kota Bandung (Majalah Geliat Gemilang), Menulis Kumpulan Puisi Guru SMP Bunga Bangsa, Menulis Novel Riak-riak Renjana, dan aktif menulis di media sosial lainnya.

Apakah Refleksi Diri Penting dalam Pembelajaran?

Diperbarui: 3 Desember 2023   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang guru kadang melupakan kegiatan refleksi padahal refleksi itu sangat penting. Jika seorang guru tidak melakukan refleksi. Apakah guru dapat memahami respons siswa dalam sebuah pembelajaran atau penyampaian sebuah materi? Apakah guru dapat memahami apa saja kelemahan dan kekurangan dari sebuah pembelajaran yang telah dipresentasikan di kelas? Apakah guru memahami akurasi sebuah model, pendekatan, strategi, taktik dan metode pembelajaran yang telah diimplementasikan?

Dikutip dari laman Kemdikbud, dalam pembelajaran, refleksi adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk siswa dan oleh siswa untuk guru untuk mengekspresikan kesan konstruksif, pesan, harapan, dan kritik terhadap proses pembelajaran. Dengan adanya refleksi, akan diperoleh informasi positif tentang bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, serta menjadi bahan sejauh mana hasil belajar tercapai.

Ada beberapa model yang bisa dipakai oleh guru dalam refleksi diri diantaranya Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future), Model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL), Model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi), Model Papan cerita reflektif (Reflective Storyboard), Model Connection, challenge, concept, change (4C), Model Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R), dan model Segitiga Refleksi.

Kali ini saya akan mencontohkan model 5R: Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing. Tugas yang saya buat untuk Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional Pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9.

REPORTING (MENDESKRIPSIKAN)

Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah proses belajar yang melibatkan seluruh komunitas sekolah, termasuk siswa, guru, dan orang tua. Proses belajar ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif dalam aspek sosial dan emosional.

Dalam dua minggu saya mempelajari Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional. Modul ini membahas tentang begitu pentingnya PSE dalam pembelajaran. Selain itu, membahas berbagai kompetensi PSE yang perlu dimiliki oleh seorang guru.

Untuk membantu sekolah-sekolah dalam mengembangkan program pembelajaran sosial dan emosional (PSE). Ada 5 kompetensi utama, yaitu: 1) Kesadaran Diri. Kompetensi ini mencakup kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi diri sendiri, kekuatan dan kelemahan diri, serta tujuan dan nilai-nilai diri. Contoh siswa dapat mengenali emosinya sendiri, seperti marah, sedih, atau senang, siswa dapat memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri, seperti kemampuannya dalam matematika/kemampuannya dalam bergaul dengan teman atau siswa dapat menetapkan tujuan dan nilai-nilai untuk dirinya sendiri, seperti ingin menjadi seorang dokter atau ingin menjadi seorang pemimpin. 2) Manajemen Diri. Kompetensi ini mencakup kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri, mengendalikan diri, dan mengarahkan diri sendiri. Contoh siswa dapat mengendalikan emosinya sendiri, seperti tidak marah ketika berdebat dengan teman, siswa dapat menunda kepuasannya, seperti tidak makan camilan sebelum makan siang atau siswa dapat mengatur diri sendiri, seperti menyelesaikan tugas sekolah tepat waktu. 3) Kesadaran sosial. Kompetensi ini mencakup kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi orang lain, perspektif orang lain, dan norma sosial. Contoh siswa dapat mengenali emosi orang lain, seperti ketika teman mereka merasa sedih, siswa dapat memahami perspektif orang lain, seperti ketika teman mereka mengatakan bahwa mereka tidak menyukai sesuatu atau siswa dapat mengikuti norma sosial, seperti tidak berbicara keras di kelas. 4) Keterampilan berelasi. Kompetensi ini mencakup kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan positif dengan orang lain, bekerja sama dengan orang lain, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Contoh siswa dapat membangun hubungan positif dengan teman dan gurunya, siswa dapat bekerja sama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan tugas kelompok atau siswa dapat menyelesaikan konflik dengan teman-temannya secara konstruktif. 5) Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kompetensi ini mencakup kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan beretika, mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya, dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab. Contoh siswa dapat membuat keputusan yang bijaksana, seperti tidak ikut-ikutan teman yang melakukan hal yang salah, siswa dapat mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya, seperti tidak menyontek dalam ujian atau siswa dapat mengambil tindakan yang bertanggung jawab, seperti menyelesaikan tugas sekolah dengan tuntas.

Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional bukan hanya di kelas dan di sekolah tetapi juga melibatkan komunitas dan orang tua di rumah.

RESPONDING (MERESPON)

Saya merasa sangat tertarik dengan modul ini. Saya menyadari begitu pentingnya pembelajaran sosial dan emosional dalam pembelajaran. Pembelajaran sosial dan emosional dapat membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi sosial dan emosionalnya, sehingga mereka dapat lebih sukses dalam belajar dan kehidupannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline