Lihat ke Halaman Asli

Tirani Pendidikan Karakter di Negeri Sulap

Diperbarui: 31 Maret 2016   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat in telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Musibah dan bencana tersebut meluas pada ranah sosial-budaya, hukum, ekonomi, politik bahkan pendidikan.

Musibah sosial-budaya dapat diamati pada hilangnya ETIKA kemanusiaan, sehingga penghormatan terhadap jabatan dianggap lebih penting daripada menghormati pribadi sebagai manusia. Goncangan hukum dan politik dapat dilihat pada kasus KORUPSI yang semakin merajalela di setiap meja instansi baik pusat maupun daerah. Gelombang krisis ekonomi dapat diamati pada paradok negeri SULAP ini, dimana terdapat kesenjangan yang sangat luar biasa dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Huru-hara hukum dan peradilan dapat dilihat pada makelar kasus Gayus Tambunan, “cicak vs buaya”, PNS muda KAYA RAYA, kasus sandal jepit dan sebagainya. Banjir bandang juga datang didalam dunia pendidikan dimana pelajar yang harusnya asik dengan belajar berdiskusi bersama, justru kini semakin dengan tawuran, mahasiswa melakukan aksi demo yang BRUTAL tanpa mengutamakan logika dan terkadang selalu berpersepsi apatis terhadap kemajuan kampus bukan mendukung kemajuan kampui nya, kecurangan ketika ujian di sekolah-sekolah idola, narkoba, pergaulan bebas dan sebagainya.

Di Indonesia, pendidikan karakter telah dibahas secara tunta oleh Ki Hadjar Dewantara dalam kedua karya monumentalnya, pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan karakter yang sekarang didengungkan-dengungkan oleh Kemendiknas sebenarnya hanya istilah dari Pendidikan Budi Pekerti yang sudah lama berada dalam gejolak pikiran Ki Hadjar Dewantara, 1968.

Diskursus pendidikan karakter mengalami perdebatan panjang yang tidak jelas ujung pangkalnya, akan tetapi pendidika karakter di Indonesia mengusung semangat baru dalam optimisme yang penuh untuk membangun karakter bangsa yang bermartabat. Oleh karena itu, konsep pendidikan karakter harus mengambil posisi yang jelas, bahwa karakteristik seseorang dapat dibentuk melalui pendidikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline