Lihat ke Halaman Asli

Kecanduan Internet pada Remaja dan Peran Orang Tua Sebagai Langkah Preventif Terjadinya Adiksi

Diperbarui: 7 April 2024   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewasa ini, informasi perkembangan dunia dapat diakses melalui internet dengan mudah karena semakin berkembangnya teknologi. Dalam bukunya yang berjudul Culture and Psychology tahun 2013, Matsumoto dan Juang  menjelaskan bahwa teknologi terus berkembang dengan didukung oleh inovasi dan kreativitas manusia  dalam suatu lingkungan yang disebut dengan budaya. Kemudahan dalam mengakses internet dapat menyebabkan munculnya keinginan yang kuat untuk terus terhubung dengan dunia maya dan menghabiskan banyak waktu demi kepuasan berselancar dalam media sosial. 

Hal tersebut berdampak pada ketidakmampuan mengontrol keinginan menggunakan internet sehingga dapat menyebabkan masalah psikologis seperti depresi, perasaan terganggu, dan ketergantungan terhadap internet. Dalam kasus adiksi internet, remaja lebih rentan daripada kelompok usia lainnya untuk menggunakan internet secara berlebihan, mengingat bahwa remaja secara fisik dan mental belum berkembang sepenuhnya sehingga membutuhkan pengawasan dari orang tua dalam menggunakan internet.

Remaja dengan adiksi internet diketahui mengalami perubahan pada struktur otak dengan terganggunya fungsi eksekutif yang meliputi kontrol kognitif, perencanaan, dan penalaran serta meningkatkan terjadinya resiko perilaku impulsif. Kontrol kognitif mengacu pada kemampuan untuk mengontrol tindakan dan perilaku dalam diri individu yang berguna untuk mengantisipasi terjadinya perilaku impulsif yang mana fungsi eksekutif memainkan peran penting dalam hal ini. Fungsi eksekutif adalah konstruksi menyeluruh yang mencakup serangkaian proses untuk mengontrol dan mengelola proses kognitif dan perilaku. Beberapa proses kognitif yang terlibat dalam fungsi kognitif adalah penalaran, perhatian, fleksibilitas kognitif, perencanaan tujuan, dan working-memory.

Di era teknologi informasi, internet memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan manusia karena sifatnya yang mudah diakses dengan keuntungan yang ditawarkan membuat penggunanya semakin meluas. Adiksi internet tidak hanya mendorong perilaku impulsif, tetapi juga menyebabkan perilaku kompulsif terkait dengan aktivitas online yang dilakukan sehingga menyebabkan dorongan yang tidak terkendali untuk menggunakannya. 

Adiksi internet berdampak negatif pada remaja dengan meliputi beberapa hal seperti menurunnya prestasi akademik, menurunnya interaksi dengan orang tua, kesehatan fisik menjadi tidak stabil, beresiko terkena masalah kesehatan mental, dan masalah biaya untuk mengakses internet.  Kegagalan individu melakukan pengkontrolan diri dalam adiksi internet disebabkan karena adanya kegagalan proses kognitif yang terjadi pada bagian otak khususnya di prefrontal-subcortical.  

Remaja yang terindikasi adiksi internet mengalami penurunan dalam kemampuan mengambil keputusan karena adanya gangguan pada fungsi eksekutif Terdapat dua penelitian yang menguji perubahan otak terhadap rangsangan yang berhubungan dengan internet dimana individu akan bereaksi dengan keinginan terhadap rangsangan yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Chih-Hung Ko pada tahun 2009 dalam jurnal “Brain activities associated with gaming urge of online gaming addiction” melakukan analisis perilaku adiksi internet melalui perilaku bermain game dengan pemeriksaan fMRI (functional magnetic resonance imaging). 

Partisipan dalam penelitian tersebut memiliki kebiasaan bermain game World-of-Warcraft (WoW) secara berlebihan setidaknya 30 jam dalam seminggu. Hasil yang ditemukan serupa dengan individu yang memiliki kecanduan terhadap alkohol dan zat adiktif yaitu otak para pemain World-of-Warcraft (WoW) tersebut menunjukkan adanya reaksi otak yang berbeda di area prefrontal saat diberikan rangsangan yang berkaitan dengan game yang dimainkan.  Hal ini menunjukkan bahwa pengguna internet adiktif yang digambarkan melalui perilaku berlebihan bermain game mengalami perubahan struktur dan fungsional pada otak dengan melibatkan fungsi eksekutif khususnya pada bagian prefrontal.

Penelitian mengenai "cognitive failures in daily life" yang dilakukan oleh Hadlington pada tahun 2015 menemukan adanya hubungan antara penggunaan internet secara berlebihan dengan terjadinya cognitive failure (kegagalan kognitif) dalam kehidupan sehari-hari. Kegagalan kognitif adalah kesalahan kognitif yang terjadi dalam pelaksanaan tugas dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya dilakukan seseorang dengan baik, namun mengalami gangguan akibat adanya kerusakan struktur otak yang ditandai dengan munculnya masalah konsentrasi, kehilangan memori dan penurunan kemampuan persepsi.  

Riset penelitian yang dilakukan oleh Baker pada tahun 2010 dalam Journal of Criminal Justice  menemukan bahwa dengan memberikan intervensi terhadap remaja dengan adiksi internet, dapat dilakukan dengan pendekatan klinis seperti pendekatan terapi perilaku kognitif melalui cognitive behavior therapy (CBT). 

Namun, selain pendekatan klinis juga terdapat pendekatan non-klinis yaitu exercise rehabilitation. Remaja penyintas adiksi internet biasanya mengabaikan kesehatan mereka yang ditandai dengan postur tubuh yang buruk, sakit punggung, sakit kepala, makan tidak teratur, kurang tidur, dan menurunnya kekebalan tubuh. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat dilakukan dengan exercise rehabilitation yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental dari remaja penyintas adiksi internet dengan aktitivas fisik seperti senam, meditasi, dan yoga.

Lebih lanjut, terdapat tindakan preventif dalam mengantisipasi adiksi internet yaitu melalui bimbingan dari orang tua yang meliputi parental monitoring dan parental style dimana hal tersebut memegang peran penting dalam mencegah remaja dari perilaku berbahaya, misalnya penggunaan alkohol dan narkoba. Bimbingan orang tua dapat berupa nasihat, memberi arahan, menjelaskan mana perilaku yang benar dan salah, menciptakan suasana rumah yang kondusif, dan membuat peraturan dalam kehidupan sehari-hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline