Lihat ke Halaman Asli

Moral Force pada Aksi 411 dan Angkatan 66

Diperbarui: 21 November 2016   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti umum diketahui, dalam perjalanan kita bernegara di Indonesia, kita mengenal berbagai aksi yang fenomental dan mempunyai makna yang monumental. Salah satunya adalah aksi yang sering dikenal dengan aksi angkatan 66. Gerakan yang dimotori mahasiswa dan pelajar pada tahun 1966 itu berhasil mengakhiri Orde Lama (Orla) dan menjadi pembuka dimulainya Orde Baru (Orba).

Jika dibandingkan dengan aksi bela Islam 411 yang tak bias dipungkiri cukup fenomenal setidaknya dari segi jumlah peserta, ada satu nilai semangat yang menurut saya harus sama-sama dimaknai dengan benar. Nilai semangat itu disebut Soe Hok Gie (tokoh angkatan 66) dengan sebutan moral force. Semangat moral force ini harus dijaga kemurniannya agar tidak terdegradasi nilai aksi 411 menjadi sia-sia.

Moral force vs political force

Gie (ingat film yang dibintangi Nicholas Sapurta!) mengatakan dalam tulisannya mahasiswa angkatan 66 bagaikan pahlawan yang muncul saat kejahatan terjadi. Namun, setelah kejahatan dikalahkan, pahlawan itu kembali ke kampus dan melanjutkan kehidupannya sehari-hari, belajar dan menuntut ilmu. Itulah moral force alias kekuatan moral.

Lawan dari moral force itu adalah political force. Menurut Gie, mahasiswa angkatan 66 juga yang punya agenda politik. Mereka ingin mencari jabatan dan kekuasaan untuk dirinya sendiri. Mereka memanfaatkan massa mahasiswa mayoritas yang hanya punya semangat moral force. Kritik Gie itu tertuang dalam berbagai tulisan yang salah satu judulnya “Wajah Mahasiswa UI yang Bopeng Sebelah.”

Hal serupa terjadi pada aksi 411

Saya sepakat bahwa aksi 411 itu digerakkan oleh sesuatu yang bersifat moral. Maka, mayoritas peserta aksi 411 adalah moral force. Saya mengamini itu. Namun, tidak menutup kemungkingan ada juga yang membawa agenda politik atau political force dalam aksi itu. Itu sebetulnya terlihat dengan jelas. Dan karena alasan itu pula saya pikir Presiden Jokowi menyatakan kecurigaan yang sama.

Apalagi jika terjadi aksi berikutnya di mana urgensitasnya tidak terlalu penting. Ya, karena Ahok-nya sudah diproses hukum dan dinyatakan tersangka. Alih-alih moral force aksi lanjutan pasca 411, semisal 212 (2 Desember) yang sudah direncanakan, malah jadi berbau politik dan bukan Ahok lagi targetnya. Nah, itu jelas sudah melenceng.

Tapi ya sudahlah, biarlah yang demo lanjutan silakan saja. Bagi saya, mayoritas umat Islam yang mempunyai semangat moral force perihal kasus Ahok, cukup di rumah saja, serta terus mengawal proses kasus Ahok. Tak perlu lagi turun ke jalan.

Karena “pahlawan” (seperti kata Soe Hok Gie) sudah turun ke jalan 411 lalu, dan kini waktunya kembali ke rumah, sekolah-sekolah, pengajian-pengajian, masjid-masjid, mushola-mushola dan kembali melanjutkan hidup dengan anam dan tentram raharja! (WK)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline