[caption caption="Perbatasan RI-Malaysia di Pulau Sebatik (sumber ilustrasi: tribunnews.com)"][/caption]
Malaysia oh Malaysia! Saudara serumpun kita ini memang “spesial”. Entah sejak kapan, mungkin selepas Orde Baru, hubungan kita dengan Malaysia selalu naik turun, pasang surut. Urusannya tak jauh-jauh soal perbatasan, soal klaim budaya, dan soal TKI. Bagi kita Indonesia, Malaysia kok kerap nyelutak (menginjak kepala). Sementara bagi Malaysia, mereka selalu merasa tak ada masalah dan merasa semua masalah hanyalah dinamika “adik-kakak” sahaja.
Tak ada masalah, lalu mereka merebut Sipadan dan Ligitan. Bak adik-kakak, lalu mereka mengklaim Sebatik. Saling menghormati, lalu terus saja mereka melanggar batas wilayah. Silakan catat, menurut Direktur Polkamwil Hukum, Perjanjian Internasional Kemlu Octavino Alimudin, “Untuk tahun ini saja, Malaysia telah melakukan pelanggaran sebanyak 7 kali, khususnya di wilayah Sebatik!"
Bukan masalah besar
Teranyar, sebuah helikopter Malaysia melanggar batas wilayah dengan mendarat tanpa izin di wilayah Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara pada tanggal 29 Juni 2015 lalu. Bagaimana tanggapan pihak Malaysia? Seperti saya duga, mereka bilang bukan masalah besar, ketidaksengajaan dari pihak Sabah Air Aviation.
"Pendaratan (helikopter) itu adalah ketidaksengajaan pemilik helikopter. Dan saya rasa bahwa isu perbatasan bukan masalah besar. Dan bisa diselesaikan dengan baik. Saya pun menyadari secara diplomatis dan militer kedua negara perlu memiliki hubungan yang kuat," ujar Duta Besar Kerajaan Malaysia untuk Indonesia, Dato Zahrain Mohamed Hashimmy.
Saya sih melihatnya Malaysia ini sedang test the water. Mengetes Indonesia untuk kemudian mengungkit masalah perbatasan di antara kedua negara. Kasus Sipadan dan Ligitan dulu tahun 2004 menjadi contoh paling gampang diperhatikan. Malaysia terus membuat aksi provokatif sebelum akhirnya mereka membawa soal Sepinggan itu ke Mahkamah Internasional. Lepaslah kedua pulau itu dari haribaan NKRI!
Menyalahkan media
Ada satu lagi gaya Malaysia berkilah, yaitu menyalahkan media massa Indonesia. Mereka secara implisit menyebut media di Indonesia kerap membuat pemberitaan yang provokatif dan berlebihan. "Sejauh ini, militer kami mengatakan tidak ada aksi penerobosan. Media di Indonesia terlalu bersemangat memberitakannya," ujar Dubes Dato Zahrain.
Padahal sudah jelas laporan dari lapangan bahwa ada helikopter milik Malaysia melanggar batas wilayah. Dilaporkan juga oleh Kemlu bahwa setahun ini saja pihak Malaysia sudah melanggar batas wilayah sebanyak tujuh kali. Entah dari mana asal ke-ngeyel-an pihak Malaysia. Secara emosional saya katakana, udah nantangin nih!
Perlu menjadi perhatian pemerintah dan terutama TNI Angkatan Laut bahwa masalah perbatasan RI-Malaysia tak hanya terbatas di Sebatik tetapi juga di Selat Malaka, Selat Singapura, sebagian timur antara Bintan dan Johor, perbatasan di Laut Tiongkok Selatan (LTS), khususnya perairan Tanjung Datu, Kalimantan Barat berbatasan dengan Serawak dan Laut Sulawesi.