Lihat ke Halaman Asli

Remehkan si Biru, si Merah Bakal Tumbang di Pilpres Nanti!

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1398653009969850161

[caption id="attachment_304849" align="aligncenter" width="450" caption="Jokowi/Rodgers vs SBY/Mourinho "][/caption]

Kalau Anda suka menonton sepakbola Inggris, pasti tahu pertandingan big match tadi malam antara Liverpool vs Chelsea. Laga tersebut sangat penting menentukan gelar juara. Banyak yang memrediksi Liverpool bakal menang mudah. Pasalnya, penampilan Liverpool sangat fantastis. klub berkostum merah juga memimpin klasemen, unggul 5 poin dari Chelsea.

Sementara Chelsea yang berkostum biru lebih tidak difavoritkan menang. Ada beberapa hal yang menjadi alasannya, yaitu: penampilan Chelsea yang sedang menurun, konsentrasi yang mendua dengan Liga Champions dan banyak pemainnya didera cedera. Walhasil, pasar taruhan menjagokan Liverpool keluar sebagai pemenang.

Tapi kenyataan berbeda, dengan brilian Chelsea mengalahkan Liverpool 2-0. Bagaimana itu bisa terjadi? Apa yang salah dari Liverpool? Kira-kira seperti ini, Liverpool terlalu percaya diri. Kemenangan di 11 laga sebelumnya membuat si Merah terlalu percaya diri. Alasan lainnya faktor pelatih. Chelsea mempunyai Jose Mourinho yang sudah malang melintang di dunia sepakbola. Sementara Liverpool hanya dikomandoi oleh Brendan Rogers, anak baru, new kid on the block!

Jokowi vs SBY

Menonton Liverpool vs Chelsea, jadi teringat persaingan antara dua figur politik, “Jokowi vs SBY.” Wajar saja saya jadi teringat kedua figur, karena di akhir pekan kemarin, keduanya remain diebritakan sehubungan visi Revolusi Mental (Jokowi) dan perihal Konvensi Demokrat (SBY).

Selanjutnya saya berimajinasi, Jokowi ini ibarat Brendan Rogers dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah Jose Mourinho. Jokowi dan “si merah PDIP”-nya sedang di atas angin, memenangi Pileg 9 April dan difavoritkan memenangkan Pilpres 9 Juli. Sementara, SBY dengan “si biru Demokrat”-nya sedang dalam kondisi yang tak baik benar.

Kondisi ini membuat Jokowi dan si merah begitu percaya diri menghadapi Pilpres. Bahkan, mereka sempat sesumbar enggan berkoalisi banyak, cukup berkoalisi dengan satu partai saja. Lihat betapa pede nya Jokowi dan si merah.

Sementara SBY dan si biru lebih banyak merendah dan memperhatikan keadaan dengan cermat. Layaknya Mourinho, SBY adalah ahli strategi. SBY sejak 90an berkutat dengan politik nasional dan internasional. Sementara Jokowi adalah figur yang dikarbit media. Dikatrol dari walikota menjadi gubernur. New kid on the block!

SBY tahu apa yang harus dilakukan

Seperti halnya Mourinho yang tahu bagaimana cara mengalahkan Rogers, SBY juga tahu bagaimana cara mengalahkan Jokowi. Sebelum pertandingan, Mourinho dengan cerdik bermain mind games. Dia bilang Liverpool bakal jadi juara Inggris. Lucunya, Rodgers yang mengaku tak terpengaruh mind games Mourinho, kok ya berkomentar juga…hehe.

Begitu juga SBY. Sebelum Pilpres beliau member selamat kepada Jokowi dan mengatakan Jokowi cocok pimpin Indonesia. SBY juga melakukan tarik ulur soal koalisi. Kenyataannya dengan raihan suara 10 persen di Pileg 9 April, Demokrat masih bisa memainkan peran koalisi dengan partai mana pun. Terlebih dengan posisi sebagai presiden, SBY jelas sangat berpengaruh. Beberapa pihak bahkan menyebut SBY bisa jadi king maker.

Jokowi minim visi dan misi

SBY tahu salah satu kelemahan Jokowi adalah ia terlalu meremehkan masalah negara dan terlalu pede dengan PDIP-nya. Jokowi sampai akhir pekan lalu baru mengeluarkan satu visi nya yang ia sebut Revolusi Mental, yang kemudian dikritik habis-habisan oleh berbagai pihak. Sebagian menyuruh Jokowi “berkaca.” Emangnya mental Jokowi sudah direvolusi juga? Begitu sebagian kritik.

Lalu apa yang dilakukan SBY? SBY dengan elegan hanya mengingatkan rakyat untuk tidak memilih kucing dalam karung. SBY berharap masyarakat memahami apa tujuan, program dan jalan pikiran para capres. Sehingga, rakyat Indonesia tidak salah dalam memilih pemimpin Indonesia mendatang.

Jadi, kesimpulannya, Jokowi/Rodgers tak boleh meremehkan SBY/Mourinho. Jokowi/Rodgers tak boleh over confidence menghadapi Mourinho/SBY. Jika itu terjadi, hasil Pilpres 9 Juli sudah bisa dipastikan akan berakhi 2-0 untuk Mourinho/SBY!(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline