Lihat ke Halaman Asli

Lima Mata Iblis Penguasa Dunia

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425545815362305236

[caption id="attachment_354091" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi aliansi intelijen Five Eyes (sumber foto: www.climateviewer.com)"][/caption]

Dunia ini jelas bukan tempat yang benar-benar menerapkan nilai keadilan dan kesamaan hak asasi bagi seluruh bangsa. Dunia ini hanyalah milik bangsa-bangsa tertentu saja yang menguasai teknologi tinggi, dan tentu saja penguasa nuklir. Jadi, jangan harap “bangsa-bangsa kecil” seperti Indonesia mendapatkan penghormatan sebagaimana seharusnya manusia saling menghormati!

Saya menyatakan ini penuh dengan emosi. Siapa yang saya protes? Mereka para pengaku penguasa dunia! Mereka yang merasa paling berhak menguasai dunia! Ya, siapa lagi kalau bukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya. Dalam terminologi lain, mereka yang mengklaim diri penjaga budaya Barat (kaum liberalis) yang terpilih.

Lihat saja kelakuan seenak udel mereka. Etika dan kepatutan mereka terabas semata-mata demi kepentingan mereka. Jika mereka yang melakukannya, kejahatan sekalipun menjadi boleh. Itu terlihat sekali dari cara mereka tanpa tedeng aling-aling menyadap dan memata-matai seluruh dunia.

Five Eyes countries

Sekali lagi, atas nama kepentingan mereka, AS (Barat) pun menyadap seluruh dunia. Salah satunya melalui kendaraan United Kingdom–United States of America Agreement (UKUSA). UKUSA adalah perjanjian kerja sama multilateral dalam bidang intelijen sinyal antara Britania Raya, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Aliansi operasi intelijen ini juga dikenal dengan istilah Five Eyes (FVEY) atau Lima Mata.

Operasi intelijen yang dilakukan “Lima Mata Iblis” itu menyasar bangsa dna negara manapun. Dulu kita ingat Australia melakukan penyadapan terhadap mantan Presiden SBY. Kini terungkap Selandia Baru bersama-sama Australia juga menyadap Indonesia dan tidak hanya presiden yang disadap, tapi semua elemen bangsa Indonesia. GILA!

Berita keterlibatan Selandia Baru dalam penyadapan di Indonesia diungkapkan di Wikileaks oleh Edward Snowden. Keterlibatan Selandia Baru juga ditegaskan oleh seorang jurnalis bernama Nicky Hager. Ia membantu dokumen milik Snowden yang menyebutkan aksi Selandia Baru menyadap negara-negara Pasifik dan juga Indonesia.

Menurut Hager, Selandia Baru mengawasi dan mengumpulkan email, telepon dan sosial media negara-negara Pasifik dan Indonesia. Informasi yang disadap Selandia Baru lalu dilaporkan pada majikannya AS melalui NSA (National Security Agency).

" Five Eyes countries yang dipimpin AS benar-benar mencoba memata-matai seluruh negara di dunia,” ujar Hager.

Demi perlindungan AS

Lalu apa untungnya bagi Selandia Baru menyadap negara-negara Pasifik dan Indonesia? Ya mereka mendapatkan perlindungan dari majikan mereka, Paman Sam. “Alasan Selandia Baru memata-matai negara-negara Pasifik bukan karena mereka peduli… Itu hanya hal yang mereka lakukan demi tetap menjadi anggota Five Eyes country,” kata Hager.

Jadi, demi perlindungan sang preman dunia, Selandia Baru rela memata-matai negara-negara Pasifik yang mendukung Selandai Baru sehingga terpilih menjadi anggota Dewan Keamanan PBB. Sungguh tidak tahu sopan santun, tak bermartabat, dan bermental budak.

Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia?

Khusus di Indonesia, Selandia Baru bekerjasama dengan Direktorat Sinyal Australia memata-matai perusahan ponsel Indonesia, Telkomsel. Karena ini aksi intelijen, maka Badan Intelijen Nasional (BIN) yang harus melakukan pendalaman dan member masukan kepada presiden, untuk kemudian presiden mengambil langkah-langkah strategis berdasarkan laporan itu.

Kepala BIN Marciano Norman sendiri mengakui sedang mendalami kasus ini. Bagi Marciano, Indonesia harus segera melakukan upaya-upaya untuk peningkatan keamanan komunikasi.

Dalam kondisi seperti inilah Indonesia membutuhkan kepala BIN yang berpengalaman, bukan asal mengganti kepala BIN dengan orang yang kualifikasinya tidak jelas. Tantangan dunia intelijen sebegitu dahsyatnya dengan “Lima Mata Iblis” yang menguasai dunia.

Intinya, Indonesia menghadapi dunia yang tidak adil, yang dikuasai oleh kebijakan fasis Barat yang tidak ragu-ragu melindas dan menghantam kesana-kemari. Intelijen kita harus kuat, sistem telekomunikasi kita harus mantab, dan presiden kita harus berani dan tegas! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline